Kamis, 11 Februari 2016

CERPEN

MAN JADDA WA JADA
Karya Asia Nurul Fitri

Anggi itulah nama panggilannya,dia adalah anak dari orang tua yang kehidupannya serba ada,ayahnya seorang dosen dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Anggi dapat dikatakan sebagai anak pintar,karena ketika Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Pertama,dia selalu menjadi juara kelas,orangtuanya sangat mementingkan pendidikan maka dari itu anggi sering mengikuti les tambahan diluar sekolah.

Anggi telah lulus sekolah menengah pertama,dia berencana melanjutkan studinya di sekolah yang terletak di pusat kota,tetapi ayahnya melarang karena pergaulan masa kini yang makin urak-urakan.Kali ini dia di sekolahkan di daerah terpencil ,tetapi sangat kental ilmu agama nya.

Anggi tak suka dengan sekolah itu,karena di sekolah itu tidak menggunakan buku paket sebagai penunjang belajar dan hanya menggunakan lks sebagai bahan pembelajaran,maklum saja sekolah anggi kali ini kebanyakan murid yang orang tuanya berpenghasilan menengah ke bawah.Di sekolah itu anggi menjadi anak pemalas,tak pernah mengerjakan pr,peringkat 10 besar di kelas pun tak ia dapatkan, anggi menjadi anak yang brutal sering pacaran dan membuka jilbab demi seorang pria.anggi memang bukan gadis yang cantik,dia wanita biasa-biasa saja.

Pernah suatu ketika anggi berpacaran dengan seorang pria bernama rendi,dia adalah kakak kelas anggi sekaligus mantan pacar sri.sri sebagai kaka kelas tidak terima apabila pria yang masih dia sukai direbut oleh wanita lain,sri pun berusaha menjatuhkan anggi,segala cara telah ia lakukan untuk membuat anggi sakit hati,menghina dan mempermalukan anggi didepan teman-temannya sering ia lakukan.anggi sangat sedih,dia pun memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan rendi.

Menginjak ke kelas 2 SMA anggi tetap saja tidak berubah,dia tetap berganti-ganti pacar,prestasinya pun belum terlihat,lalu orang tuanya mendaftarkan anggi bimbel lagi,sedikit demi sedikit anggi mulai menunjukan prestasinya di kelas,tetapi anggi tetap saja belum berubah dia masih sering berpacaran,kali ini dia berpacaran dengan adik kelasnya bernama tofan,lagi -lagi anggi dicaci maki,kali ini dia dicaci maki oleh mantannya tofan bernama tuti.Anggi dihina,difitnah dan tak ada satu pun teman-temannya yang membela dia,dari kejadian itu dia berpikir untuk tidak menjalin hubungan dengan pria,karena pria selalu membawa bencana bagi dirinya.
Hikmah dari kejadian itu anggi mulai focus terhadap tugas sekolah dan anggi mulai menonjol dikelas ,satu persatu guru mulai mengenalnya.Dia mulai bersemangat belajar .Perjuangannya tidak sia-sia dia mendapat peringkat 4 di kelas dan teman baiknya bernama lia mendapat peringkat pertama.

Anggi dan lia selalu bersama,lia sangat baik kepada anggi.Lia juga sangat kagum dengan ayah anggi yang telah menjadi magister,sedangkan ayah lia hanya seorang buruh pabrik.
Persahabatan mereka berubah menjadi permusuhan ketika anggi mendapat peringkat pertama di kelas,perlahan-lahan lia menjauhi anggi,bahkan sering meremehkan anggi di depan kelas,lebih parahnya lagi anggi selalu dihina olehnya dan pendapat anggi selalu di sanggah dengan kritikan tajam.
Anggi bingung apa yang harus ia lakukan,sudah berkali-kali dia menangis di hadapan orangtuanya karena kejadian ini,tetapi orang tuanya hanya bisa memotivasi anggi untuk lebih maju.Orang tuanya sering berkata bahwa itu adalah cobaan agar anggi memiliki mental yang kuat dan sabar menghadapi ujian dari allah

Anggi sering sekali membeli barang-barang baru,bahkan dia memiliki apa yang tidak dimiliki teman-temannya.Hal ini membuat teman-temannya semakin iri kepada anggi.Disetiap acara yang diadakan sekolah anggi tidak pernah diikut sertakan. dia selalu di tempatkan di posisi rendah apabila ada acara-acara kelas,padahal di kelas lain orang pintar selalu di jadikan pemimpin beda halnya dengan anggi.
Walaupun begitu anggi tetap sabar menghadapi itu semua ,yang bisa dia lakukan hanya mengadu kepada orang tuannya dan allah swt atas ketidakadilan ini,karena geram orang tuanya pun ingin melaporkan hal ini kepada kepala sekolah,tetapi anggi melarangnnya karena dia takut masalah ini akan menjadi semakin rumit .
Menjelang ujian nasional,pihak sekolah sering mengadakan try out ujian nasional,anggi selalu lulus bahkan dia satu-satunya murid yang lulus try out di jurusannya,ia juga selalu lolos tes yang diadakan pihak universitas swasta dan ia berhasil meraih beasiswa kuliah,tetapi dia tidak mengambilnya,karena dia menginginkan kuliah di universitas negeri idamannya.

Teman-temannya tidak ada satupun yang baik terhadapnya,entah salah anggi apa sehingga teman-temannya menjauhi dan meremehkannya.
Situasi seperti ini membuat anggi berkeinginan untuk lebih maju,dia lelah selalu diremehkan.dia juga ingin memiliki banyak teman,yang iya lakukan hanya belajar,dengan tekun ia belajar untuk mengahadapi ujian nasional,karena salah satu dari sepuluh keinginan yang telah tertulis di diary-nya adalah lulus ujian nasional dengan nilai terbaik di jurusannya,dia ingin sekali melihat orang tuanya bahagia atas perjuangannya.

Entah apa salah anggi sehingga takdir berkata lain,ketika pelepasan sekolah anggi bukan menjadi siswa terbaik,ada orang lain yang menjadi siswa terbaik padahal dari segi akademis,lebih bagus nilai anggi,ketika pelepasan sekolah anggi adalah orang yang paling sedih diantara teman-temannya yang bahagia karena kelulusannya.anggi pulang dengan perasaan kecewa,sementara teman-temannya masih berada di sekolah untuk berfoto-foto dengan guru yang mereka cintai.terlihat wajah mereka berseri-seri mencerminkan kebahagian ,lain halnya dengan anggi yang menangis seharian di kamar dan hampir putus asa.orang tuanya ikut menangis melihat anggi seperti itu,lalu ibunya berkata ,“semoga dibalik semua ini ada hikmah yang begitu indah yaitu bisa diterima di universitas yang kamu inginkan nak.” mendengar ucapan itu hati anggi sedikit terobati,lalu orang tuanya memotivasi anggi supaya rajin belajar.Anggi tak mau jatuh untuk kedua kalinya,Dia belajar sungguh-sungguh di tempat bimbelnya dan dia ikuti saran-saran yang diberikan oleh kaka pengajar bimbel tersebut..Kaka pengajar bimbel tersebut selalu memberi motivasi kepada anak didiknya.

“Untuk diterima Snmptn tulis tidaklah mudah,harus rajin belajar,sodakoh dan berdoa tak henti-hentinya kepada allah”. salah satu motivasinya.
Semua saran yang diberikan kakak pengajarnya itu ia lakukan.Anggi sangat raji,belajar sedikit demi sedikit dia bisa melupakan kesedihannya,tak ada satupun teman yang tahu apa yang dia rasakan setelah pelepasan sekolah itu,hanya orang tuanya lah sahabat terbaik yang dia miliki.usaha anggi tidak sia-sia,dia satu-satunya siswa di sekolahnya yang diterima di universitas negeri favorit,hal ini membuat teman,guru dan kepala sekolah terkejut.Ada yang senang dan ada yang acuh tak acuh dengan kemenangan anggi.Akhirnya salah satu impian anggi yang tertulis di diary-nya dapat terwujud.

SUMBER: http://www.lokerseni.web.id/2013/05/man-jadda-wa-jada-cerpen-motivasi.html

CERPEN

SUJUD TERAKHIR
Karya Igbiana Pertiwi

Cahaya redup remang-remang menatap sebuah tangisan berhujanan. Dinginnya menusuk sukmaku yang teriris perih walaupun air mata berhasil aku kengkang. Doa-doa eraaiklas semuanya. Kau tampak berseri mesti kain kain putih suci yang kau pakai terbelut didirimu bahagianya “PULANG KAMPUNG” tempat dirimu asal
 
Duka terselimuti dengan isak tangisan orang dekatmu,kerabat dekatmu. Bau anyir yang semakin tersamar-samar akan kepergianmu. Sejak saat itukah kau menyadarkan sebuah sajadah biru kepadaku,disaat aku mengambil air untuk siciku. Kau tersenyum mengatakan “jangan pernah menangis sebuah musibah, karena tangis lelaki adalah lemah. Kuatkan tangismu hanya kepada tuhanmu”. Sejak itu akankah terakhir dirimu kau katakan sajak sejuk dihatiku. Tersamar akan kenangmu. Seiring tak terasa kau terkubur dan malaikat munkar dan nakir mungkin menunggu akan kedatanganmu. Ya Allah meski diriku tak sedarah akankah aku mengiklaskan dan mengenangnya?. Serasa iklasdan pedih tercampur dibenakku

Entah mengapa sejak kroergianmu ku menatap lama pada mushola itu. Sejak pertama kali diriku menginjak di mushola itu. Saat itulah mengenal akan artinya islam itu. Entah mengapa duduk smp ku menggebu-nggibu meraih impianku tapi saying, impian hanya mimpi yang tak dapat aku capai lagi. Ibu dan ayah berseteru akan kemiskinan keluargaku.hingga adikk kecilku dan aku seolah anak belantara yang tak ada saying dan cinta yang semestinya aku rasakan. Hingga ayah pergi entah kemana. Akan berbuat aku tidak tahu. Tapi entah apa yang terjadi hingga aku keliling menjajakan hasil kue buatan ibuku, ada gerombolan orang-orang itu. Dan sejenak sedetak jantung detak cepat, tangisan apa yang aku rasakan. Tapi aku melihat itu adalah ayah terbujur tak bernyawa. Dihiasi darah disekitarnya, sejrnak aku histeris. Ayah telah meningalkan aku bersama ibuku dan adik kecilku. Segera aku lari meninggalkan ayahku. 
 
Untuk mengabarkan ibuku. Berlar dengan telanjang kaki, tak peduli bajuku lusuh kusam. Tak peduli aku dianggap pelari atau lari marathon. Yang penting ibu tau hal ini. Jalan aspal yamg penuh lubang. Panas pun menyengat kulitku yang hitam ini. Asap yang mengelilingi jalan raya tak aku pedulikan . aku tetap berlari meski kerikil-kerikil tajam yang aku injak ini. Seolah tak akan bias aku rasakan sakit di telapaku. Nafas tersenggal senggal setiap langkahku. Langkah dan langkah cepatku seolah rumahku semakin mendekat. Sejenak tertegun aku tak sabar akan kabar ini. Tibi-tiba kaki ini diam dengan mendadak, orang-orang lalu lalang kesana kemari. Aku bingung kenapa ada asap hitam dari kejauhan. Sempat tak aku hiraukan taoi kenapa itu menuju rumahku. Jalanku mepelan sempat saja tak terpikirkan dengan keadaan ayah. Karena orang-orang berkari sepertiku. Semakin bingung seolah aku tak mengerti dengan keadaan. Hingga aku menemukan asap itu, yang asalnya dari rumah reyot itu.berkayu dekat halaman yang selalu aku bermain bola di situ, disana juga tempat pohon yabg sering tertidur diranting itu tepat paa depan pintu rumahku,dan kebakaran itu adalah RUMAHKU!!!!!!!!!!!! . aku segera menanykan orang yang tepat pada di depanku . bagaimana dengan ibu dan adikku. Orang itu menjawab seolah tidak terhiraukan pertanyaanku. Api semakin marah dan melahap rumahku. Bagaikan layunya daun di pucuk karena patahnya batang yang menyeret diriku dalam sebuah isak tangisan. TUHAN!!!!!!!!, cukupkah kau beri aku cobaan ini? Cita-citaku !!!!, harapanku!!!,keluargaku!!!!!

“kenapa!!!!!!!”, dengan histerisku layu . layu lutut tertekuk menyetuh tanah. Hancur sudah kepingan hidupku.
Berjalan menelusuri jalanan pinggiran aspal. Melihat sekeliling kota yang tak punya lelah. Tapi sekarang aku lelah dengan batinku . berjalan seolah apa yang terjadi pada diriku yang sebatang kara ini. Cuaca sore pun masih terlihat sejuk dengan angin. Tapi hati tetap hati , sesejuk sore ini , luka yang perih ini tak lagi terobati. Sejak aku merenung apa yang aku lakukan sekarang. Terbayang akan sekolahku, karena sekolah menghiburku setiap aku meratapi keluargaku. Karena sekolah sumberku menumbuhkan semangat ini. Akan tetapi semua hancur dalam sekejap mata.akankah hidup di jalan ini teringan aku tidak melahap sesuap nasi. Aku mulai merasakan rapar dengan apa yang aku makan. Terlihat mobil barjajar antri,terpikir akankah aku meminta mereka. Tidak!!!!!!!! Aku tidak mau meminta !!!!!!! tapi tidak mungkin?,perutku sudah kosong tak berisi tidak! Aku harus bertahan

Hingga menjelang malam aku terus menahan lapar ini berjalan bertatih-tatih.ketika itu aku melihat mushola aku ingin sekali di sana.meski tidak beringinan sholat,karena aku tak paham dan saat itu aku nyaman dan hatiku seolah menjadi dingin,aku melihat trulisan kaligarfi di setiap sudut jendela dan ruang imam.tak terasa aku tertidur di teras hingga laparku tak sempat aku laparkan lagi

Terkaget saat kakek yang tidak begitu tua membangunkanku. Di sinilah aku menemukan kau,menberikan kata lembutmu membuat hati ini seolah terobati.sejak itulah kau menawarkan aku untuk ikut denganmu,dengan syarat mematuhi apa yang kau perintahkan.seolah semangat sedikit terbakar.mulailah aku dan kau hidup bersama meski kau memberikan berita tentangmu yang d tinggal isrti di surga sejak melahirkan anakmu. Kau hidup sendiri dekat mushola itu.anakmu telah berumah tangga jahu di sana,hingga kau tak merasakan kesepian bagitu tegarnya dirimu,dahulu terlihat wajah ramahmu.sebegitukah dirimu menganggap diriku anaknya sendiri dan dirimu tak urun hingga diriku berhasil menampak jalan tikungan ingga saatnya usiaku menanjak dalam hati terasa di permukaan daratan terjal meningkung tajam sangan mengiris hati.hingga saat ini air mataku tumpah pada saat sujut terakhirmu waktu diriku bersama menghadap komunikasi terhadap allah.teringan kata terakhir yang kau ucapkan saat itu aku. Coba untuk bentengi resah dan air mataku untuk tidak terlihat olehmu di alam beda.cukupkah diriku berlajar dari hidupmu.sekian lama hidup bersama denganmu.semua telah terukir indah di hati dan terpartri di lukisan indah di kehidupanku

Dari mushola itu kau telah menatap ramah dan hidupmu seolah tidak ada resah di setiap hembusanmu.nasehat-nasehat itu aku simpan di buku kehidupanku.saat yang terindah membuat rasa kenangku yang aku jadikan pengalaman terindah.kau membenarkan saat mensucikan diri sebelum sembayang.waktu itu aku yang lugu tidak mengerti apa yang kau lakukan hingga kau menuntun dengan sabar,mengarahkan di kehidupan yang sebenarnya.di dirimulah aku terbentuk manusia yang sepantasnya.aku menemukan jati diriku semanjak hidup bersamamu indah bagiku. hingga kau memberikan ilmu yang terdapat apa yang kau miliki

Saat jam 5 pagi aku berniat memberikan sesuatu hal yang membahagiakan,bahwa aku akan menbalas semua apa yang teleh kau berikan padaku.waktu itu ada berita yang mengejutkan bagiku menyatakan bahwa aku di terima di sebuah angkatan.kelak aku bercita-cita sebagai khalifah yang kau berikan cerita padaku.materi kehidupan yang kau ucapkan sehingga di dalam anganku terbangun dan mimpiku tarbayang kelak aku menjadi khalifah,aku menjalankan apa yang kau berikan meteri padaku

Tapi entah waktu menjadi saksi bisu dengan perjuanganku.untuk menyatakan hal yang menbahagiakan ini ,tapi sejalan waktu kau menberikan sujut terakhirmu waktu jamaah denganku
Teringat terus pikiran ini mengembang seolah apa yang terjadi tidak bisa terpikirkan lagi tapi karena kata terakhir itu menggema dan terus terngiang. Aku harus mampu untuk tegar meski kau tak sedarah. Begitupun diriku dahulu semua aku keluarkan dan aku harus memikirkan jalan ke depan.ya allah terima kasih atas kebesaran kekuasaanmu allah huakbar aku tempuh jalan tampamu d sujut terakhirmu.

SUMBER: http://www.lokerseni.web.id/2013/05/sujud-terakhir-cerpen-motivasi.html

CERPEN

JATUH CINTA MENDEKATKANKU PADA ALLAH
Karya Kiki Ramadhan

“Gubrak”Aku menabrak sesuatu dihadapanku membuat semua buku-buku di gengamanku terjatuh. Siapakah sosok yang ku tabrak ini, mencoba menoleh kearahnya. Nampaknya seorang pria tinggi, berkulit putih dan berkaca mata.
“hati-hati” ucapnya melepas senyum dari dua belah bibirnya.

Aku menatap wajahnya dalam-dalam. Bibirku berat untuk berucap seperti ada sebuah sengatan listrik yang menyambarku, nafasku begitu berat, jantungku seakan sejenak terhenti.
“kamu gag kenapa-kenapa kan ?” tanyanya meyadarkan lamunanku.
“gag kok”balasku seraya membungkuk memunguti buku-bukuku yang terjatuh.

Ku lanjutkan langkahku. Teringat sosok pria yang ku tabrak tadi, siapakah gerangan dirinya, terbayang selalu ingatan senyum manisnya yang begitu menawan. hemmm.. Mungkinkah aku jatuh cinta ???.
***
Pagi jakarta,
Aku membuka jendela kamarku. Malam telah berganti pagi, menyisakan embun pagi yang akan segera hilang tertelan hangatnya mentari. Kicauan burung terdengar mengalun, memberikan keindahan pagi ini. Sebentar menghampiri laptop, membuka account facebook kemudian bergegas mandi untuk segera pergi sekolah.

Tiga jarum Jam tanganku sudah menunjuk pukul 06.30 pagi. Setelah menyantap beberapa potong roti, segera aku melangkah menuju sekolah.

Aku menyusuri lorong sekolah menuju kelas namun sebelumya aku harus melewati perpustakaan, laboratorium dan ruang guru. Ketika aku melewati ruang guru, aku melihat sosok pria yang kutabrak kemarin. Nampaknya ia baru saja keluar dari ruang guru.
“Hey..” Panggilku menghampirinya.
“Assalamualaikum” ucapnya berbalik menyapaku.
“Walaikumsalam” balaskku.
“ada apa yah ?”
“ga kok, kenalkan aku Kheisya Azahra” ucapku mengulurkan tangan.
“saya, Mohammad Ikhwan” jawabnya. Merapatan kedua telapak tangannya di dada.
“salam kenal” menarik lagi uluran tanganku. Aku mengerti mengapa ia tidak membalas uluran tanganku karena mungkin aku bukan muhrim baginya.
“sudah dulu yah sya, bel masuk sebentar lagi berbunyi” putusnya berlalu meninggalkanku.

Hatiku berbunga-bunga, rasanya bahagia bukan kepalang. Aku seperti mendapat sebuah hadiah terindah karena aku bisa berkenalan dengannya. Hemm.. ini membuatku semakin ingin tahu siapakah sebenarnya sosok Ikhwan itu.

Duduk bersandar di bangku taman sembari menimati snack yang baru saja kubeli dikantin bersama sahabatku Mirna. Kebiasaan inilah yang kulakukan menghabiskan jam istirahat. Sejurus kemudian aku melihat Ikhwan keluar dari kelasnya. Untuk kedua kalinya aku mencoba menghampirinya.
“Mirna, gue kesana dulu sebentar” ucapku meninggalkan Mirna.
“oke” balasnya.

Aku mengikuti langkah Ikhwan . Nampaknya ia menuju mushola yang berada di ujung sekolah tepat di sebelah ruang osis.
“Kheisya, ” sapa Ratna menghampiriku. “mau shalat Dzuhur?”
“gag, aku gag bawa mukena”jawabku. “Ratna kenal sama Ikhwan ?”
“oh ka Ikhwan, dia ketua rohis disini. Memangnya ada apa kamu tanya ka Ikhwan ?”
“gag kenapa-kenapa kok. Aku boleh masuk rohis gag ?”
“boleh saja kok, rohis terbuka untuk siapa saja. Kamu datang saja kesini setiap hari minggu jam sembilan pagi mengenakan pakaian muslim”ujarnya.
“oh begitu yah,. Okeh deh, makasih yah”
“iyah sama-sama, kamu jadi Shalat gag ? ini pakai mukenaku”
“gag, lain kali ajah”putusku meninggalkan Ratna.
***

Minggu pagi tepat jam sembilan aku datang kesekolah. Semenjak aku mengetahui bahwasanya ka Ikhwan adalah ketua rohis, kini aku tertarik dengan kegiatan itu.
“kheisya sini..”panggil Ratna dari dalam mushola ketika melihat kedatanganku. Segera aku menghamprinya.
“sya, pakai kerudungmu” pinta Ratna padaku.
“aku gag bawa”
“yasudah ini aku pinjamkan” ucapnya mengeluaran kerudung dari dalam tasnya kemudian memberikannya padaku.

Aku mengenakan kerudung pemberian Ratna. Baru kali ini aku merasakan menggunakan kerudung lagi setelah lama tidak pernah menggunakan. Terakhir ku ingat saat duduk dibangku sekolah dasar dulu, itupun hanya setiap hari jum’at saja.

Tidak lama aku duduk, ka Ikhwan datang bersama dua orang laki-laki yang tidak aku kenal. Kemudian mereka duduk bersila diantara kami. Mengetahui kedatangan ka Ikhwan segera Ratna menghampirinya.
“Assalamualaikum Ka Ikhwan” sapa Ratna.
“Walaikumsalam, ada apa Ratna ?” balasnya.
“Ada sahabat kita yang baru bergabung, namanya Kheisya Azahra” Ratna meperkenalkanku. Jari jempolnya menunjuk kearahku. Ka Ikhwan hanya menolehkan wajahnya kearahku kemudian memberikan senyum. Akupun hanya tersenyum seraya mengangguk membalas senyumnya.
Waktu begitu cepat berlalu, Dzuhur telah datang dan Azan telah di kumandangkan. Kami shalat berjamaah kemudian membaca beberapa ayat Al-Qur’an, ditutup dengan Dzikir bersama dan kamipun di pulangkan.
***

Sebulan telah berlalu. Kini aku semakin dekat dengan sosok ka Ikhwan dan bukan hanya itu semenjak aku bergabung dengan kegiatan rohis kini aku mulai rajin pergi ke mushola, rajin melakukan ibadah,dan telah memakai pakaian muslim setiap pergi sekolah. Tentunya semua ini aku lakukan atas dasar rasa sukaku dengan ka Ikhwan. Dialah yang mebuat aku benar-benar berubah. Semakin hari kini rasa sukaku itu makin memuncak, ingin segera rasanya aku ungkapkan. Namun apakah ka Ikhwan akan menerima cintaku.

Jam istirahat aku mengahmpiri ka Ikhwan yang sedang asyik duduk di kantin. Kini saatnya aku ungkapkan semua yang aku rasakan padanya.
“Assalamualaikum ka Ikhwan, Kheisya mau ngomong sesuatu sama kakak” ucapku membuka obrolan.
“Walaikumsallam, iyah ada apa sya ?”
“ka Ikhwan sebenarnya kheisya suka sama kakak, semenjak saat pertama aku nabrak kakak dulu. Dan semua yang kini kheisya lakukkan merupakan cara agar kheisya bisa dekat sama kakak. Entahlah mungkin Allah tidak akan pernah menerima ibadah Kheisya karena selama ini maksud dan tujuannya hanya untuk bisa kenal sama kakak dan kakak bisa suka sama Kheisya. Sekarang aku mau ungkapkan persaan ini sama kakak dan apakah kakak mau menerima cinta Kheisya” jelasku.
“kakak gag percaya dengan apa yang kakak dengar, kenapa kamu harus melakukan semua ini sya” balasnya seperti tidak percaya. “mohon maaf sya, kakak tidak bisa menerima cintamu karena kakak sudah memutuskan untuk tidak pacaran dan memfokuskan diri pada ujian nasional nanti”
“iyah ka, Kheisya mengerti dan Kheisya juga tahu kalau selama ini Kheisya salah”
“gag ada yang salah kok sya. Seharusnya kamu bersyukur sama Allah, mungkin inilah caraNya untuk mendekatkan kamu padaNya. Sekarang, kamu harus terus melanjutkan ibadahmu dan dasarkan ibadahmu karena Allah”
“iyah ka, makasih atas semua bimbingannya selama ini. Kakak tidak akan berhentikan membimbing Kheisya dekat sama Allah ?”
“Insya Allah tidak selama kamu masih mau belajar. Yuk, sama-sama kita belajar untuk mendekatkan diri pada Allah”
“iyah ka”putusku mengilangkan rasa kekecewaan.
Rasa itu kini makin lama menghilang. Sekarang aku harus belajar untuk melupakan impian perasaan itu, belajar untuk jadi jiwa yang tegar, belajar untuk bisa menjadi lebih baik, dan tentu belajar untuk lebih dekat mencintai Allah.

-Selesai-
Semoga bisa memberi manfaat.. bahwasanya jatuh cinta itu mempunyai sebuah manfaat dan bisa dimanfaatkan..Jangan takut untuk Jatuh Cinta..

SUMBER: http://www.lokerseni.web.id/2013/05/jatuh-cinta-mendekatkanku-pada-allah.html

CERPEN

SEPENGGAL ARTI HIDUP BERARTI UNTUK GITA
Karya Afifatur Rohmah

Gita adalah seorang gadis remaja yang ramah,santun dan baik hati. Ketulusan hatinya itulah yang membawanya dalam sebuah persahabatan hangat yang menyapanya. Sahabat hatinya yang kini mengisi kesehariannya. Dinda dan andini yang selalu setia mendampinginya karma bagi Gita, mereka berdua adalah sebuah inspirasi paling berarti untuk berbagai hasil karya beberapa lukisannya yang sukses diberbagai sudut kota hingga luar negeri. Bahkan Gita dalam kesehariannya hanya di habiskan untuk melukis dan melukis, tak pernah memperhatikan kesehatan fisiknya. Pingsan dan cairan merah dari hidungnya itulah yang menrutnya sudah terbiasa terjadi padanya saat ini tapi tak mematahkan semangat untuk membuat inspirasi baru bagi lukisannya.

“ ehh Git, minggu esok kamu gak ada acara khan..??” Tanya andini yang saat itu sedang menemani dirumah Gita karena orang tua Gita sedang ke luar kota.
“iya nich lama banget gak ke panti asuhan, jadi kangen sama keceriaan anak-anak disana” sambung Dinda sambil memasukkan beberapa cemilan makanan ke mulut sedangkan pandangannya tak luput dari lukisan Gita,
“ahh..gimana ya, liat ntar aja deh..aku khan masih dapat pesenan lukisan banyak dari pelanggan luar kota..tapi akan aku usahain kok” Kata Gita sambil memberi senyuman lembut dan tangannya masih menari dalam sebuah lukisan setengah jadi itu.
Esok harinya Gita,Andini, dan Dinda langsung meluruskan keinginannya untuk berkunjung ke panti asuhan “ASIH”. Bersama canda tawa itulah Gita menjadi lebih tenang dan berkesan hidupnya.
“Git, Din… kita Bantu ibu itu masak yuk..” kata andini sambil menarik kedua tangan sahabatnya ke sebuah dapur panti asuhan, Gita, Andini maupun Dinda sangat menikmati Susana di dapur yang sederhana itu. Tapi tiba-tiba saja…
“ Gita, hidung kamu berdarah..” teriak Dinda
“ Kamu sakit ya, Git…?? Gak biasanya kamu mimisan seperti ini,,” sambung Andini.
“ Ahh..Cuma mimisan biasa aja kok, gak usah berlebihan deh..aku ke kamar mandi dulu ya..!!”
Andini dan Dinda merasa hal itu biasa karena yang mereka tau dari cerita Gita, Gita memang sering mimisan tapi itu hanya mimisan biasa. Gita merasa kepalanya begitu pening darah yang mengalir dari hidung Gita makin banyak. “ya Tuhan, beri aku waktu untuk membahagiakan orang yang sangat menyayangiku,” bisiknya dalam hati kecilnya. Gita melangkah keluar dari kamar mandi setelah dirinya membersihkan semua darahnya. Tapi selangkah ia melangkah terdengar suara merdu dari sebuah kamar di panti asuhan itu. “ aku rindu setengah mati kepadamu, sungguh kuingin kau tahu aku rindu setengah mati..” nyanyian lagu itu begitu lembut dinyanyikan seorang gadis cantik yang masih belia.
“Gita kamu dimana sih..lama banget ke kamar mandinya, dah sore nich..pulang yuk..” tak sempat Gita membuka kamar gadis itu, hentakan suara Dinda sudah membuat jengkel hatinya.Tanpa berfikir panjang akhirnya Gita memutuskan untuk segera pulang bersama kedua temannya tersebut.

Hari senin merupakan hari yang meguras imajinasi bagi sebagian murid TARUNA JAYA, pelajaran B.indonesia memang sulit bagi Dinda dan Andini, tapi menurut Gita pelajaran B.indonesia adalah tempat penyaluran sekaligus sumber inspirasi bagi Gita. Tapi entah mengapa tidak seperti biasanya Gita dalam ketenangan belajar harus bolak balik beberapa kali ke kamar mandi. Hidungnya menjadi sering berdarah tapi tiap kali di Tanya tentang semua itu Gita hanya memberi senyuman dan kata PALING CUMA PENYAKIT BIASA.

Rasa penasaran Gita pada gadis panti asuhan itu membuatnya pergi menuju panti asuhan ASIH , menyapa semua wajah anak-anak yang begitu polos membuatnya terharu dan meneteskab air mata.
“permisi bu, saya boleh mengganggu ibu sebentar gak ?” Tanya Gita yang saat itu sedang bertemu dengan salah satu ibu pengasu panti tersebut.
“ohh..nak gita to..iya boleh, memangnya tentang apa..??” Ibu panti itu kembali bertanya pada Gita.
“Disudut sana khan ada sebuah kamar yang kalau gak salah ada seorang gadis manis muda belia, kenapa di harus berada di dalam kamar itu sedangkan diluar kan masih ada banyak teman yang ingin bermain dengannya.” Pertanyaan itu spontan dikeluarkan oleh Gita pada ibu panti.
“jadi begini nak Gita, 2 tahun lalu ada sebuah kecelakaan besar di dekat panti ini, semua korbannya dikabarkan tidak terselamatkan tapi ternyata hanya ada satu korban yang masih punya harapan hidup yaitu NAYLA maka kami memutuskan untuk mengasuhnya dip anti ini walau kenyataan pahit tlah datang padanya yang harus menerima kenyataan kalau dirinya saat ini buta..” ibu panti sudah tidak bisa melanjutkan kalimatnya yang panjang lebar itu, air mata tak hnya keluar dari mata ibu panti tapi juga dari mata Gita bahkan mata hatiya pun seakan ikut menangis.
“ibu bisa antar aku ke kamar Nayla kan.?” ”iya nak, boleh sekali bahkan ibu berharapkamu bisa menjadi temannya saat ini”
Gita membuka pintu kamar gadis itu, tak kuasa ia membendung air matanya karma dihadanya kini adalah seorang gadis yatim piatu yang masih berharap kebahagiaan sperti dulu datang padanya. Gita memutuskan untuk pulang menenangkan dirinya.

Disekolah Gita makin sering melamun, bahkan kini keadaannya sangat memprihatinkan, wajahnya pucat seringkali pingsan dan saat pelajaran berlangsung terasa aneh bagi Dinda dan Andini karena kini terkadang tangan Gita seringkali terlihat kaku dan sulit di gerakkan tak lupa juga darah yang slalu keluar dari hidungnya.
“Gita, kamu yakin tidak sedang penyakit lain selain mimisan biasa yang kini sering terlihat aneh banget bagi kita”, Tanya Andini dalam 1 kesempatan saat Gita sedang di UKS karena pingsan saat akan mengikuti olhraga
“aku gak apa apa kok ,mungkin Cuma kecapean aja tadi juga aku gak sarapan jadi mungkin karena itu aku pingsan, jangan khawatirin aku ya..” andini dan Dinda memeluk Gita dengan penuh kasih saying.

Tanpa sepengetahuan Andini maupun Dinda, Gita makin sering mengunjungi Nayla . kini yang ada dalam fikiran Gita hanya ingin menjadi mata bagi Nayla. Hingga pernah suatu ketika Gita melontarkan janjinya yang akan membuat Nayla kembali menjadi seorang penulis handal walau harus nyawa sekalipun yang menjdi pilihannya. entah apa maksud dari kata-kata Gita tersebut. Meskipun Gitapun tau kalau sebenarnya hidupnya hanya tinggal menghitumg hari.

Hingga Gita dihadapkan sebuah kenyataan yang tak mungkin ia tolak, kanker yang menggerogoti tubuh Gita makin hebat. Karna kini Gita hanya bisa terbaring tak berdaya di atas tempat tidurnya. Gita punya semangat hidup yang memang luar biasa dan akhirnya di hari-hari terakhirnya itu ia memutuskan untuk tetap sekolah seperti biasa meskipun harus dalam keadaan sakit sekalipun. Tak sampai Gita masuk ke dalam kelasnya, dirasanya kepala begitu pening dan akhirnya ia terjatuh pingsan dengan hidung penuh darah.hanya waktu yang bisa menjawab tanda Tanya besar dalam hati Dinda dan Andini, orang tua Gita telah menceritakan tentang kanker jaringan lunak yang sudah lama Gita derita tapi Gita berharap agar teman-temannya tak tau tentang ini. Di dalam detik-detik terakhir hidupnya gita hanya berpesan agar salah satu anggota tubuhnya bisa berguna bagi orang lain. Tak lain adalah matanya, yang sesuai janjinya ia akan menjadi mata bagi Nayla walau harus kehilangan nyawanya. Bahkan sebelum Gita menghembuskan nafas terakhirnya, ia telah menyimpan beberapa kenangannya dalam sebuah buku kecil yang saat ini masih tersimpan dalam laci mejanya.

Tangisan air mata dari orang yang mengasihi Gita kini hanya bisa menangis diatas pusara Gita yang telah bersatu dalam tanah. Namun batu nisan yang diam tak seperti jasanya pada sesama, hingga ketika Nayla sudah bisa melihat lagi ia tak ingin lagi menecewakan orang yang menyayanginya. Nayla pun berencana untuk mencari buku kebaikan Gita dan berharap bisa belajar banyak dalam buku itu. Begitu pula dengan kedua sahabat Gita dan keluarga Gita yang ditinggalkannya , karena hidup masih panjang, mereka berharap bisa melanjutkan jasa-jasa Gita yang berhati mulia dan semoga Gita tenang di sisi yang Maha Kuasa.

_selesai_
SUMBER: http://www.lokerseni.web.id/2013/04/sepenggal-arti-hidup-berarti-untuk-gita.html

CERPEN

FOUR HEART
Karya Monika Ame

Hai! Kenalkan namaku May. Tapi karena aku keturunan Cina, aku sering dipanggil Mei. Jadi terserah kalian ingin memanggilku seperti apa. Bagiku yang biasa – biasa saja dan memiliki banyak teman cowok, nggak pernah terpikirkan bahwa ini akan terjadi. Hatiku terbagi menjadi empat! Atau bisa dibilang aku (sepertinya) menyukai empat cowok sekaligus.

Hum...., ternyata sekolah ini sedikit lebih parah dari apa yang kupikirkan. Dan ini terus terang membuatku ragu bahwa ini adalah sekolah ‘campuran’. Karena rata – rata yang kulihat adalah murid laki laki.
“May, sedang apa kau ini? Ayo cepat kemari!” perinyah ayahku.
“Iya, Dad!” jawabku. Well, karena dulu aku tinggal di luar negeri jadi aku masih sedikit terbiasa dengan bahasa Ingggris. Dan ini menguntungkanku dalam pelajaran bahasa Inggris. Mungkin.
Hari ini aku pindah ke sekolah ‘tak jelas’ ini. Dan sekarang aku hanya mengurus hal – hal lain dan seragamnya. Sebenarnya aku tidak peduli, dan aku sangat malas untuk datang hari ini. Tapi karena harus mencoba seragam ya apa boleh buat deh! Terpakasa aku harus ikut.
“Jadi Tuan Harry, silahkan isi ini dulu. Lalu Mei...,”
“May! Namaku May! M-A-Y!!” potongku.
“Ah, iya, maaf. Jadi May mari kita coba seragamnya,” kata Sekertaris sekolah ini, yang setelah kuihat nama penganalnya ternyata namanya April. Kalau membaca namanya lalu membaca namaku dengan salah, seperti urutan nama bulan ya?
“Ini silahkan. Coba dari ukuran L dulu ya. Kalau kebesaran baru kita coba ukuran yang lebih kecil,” katanya dengan tersenyum.
L? Memangnya aku segemuk itu? Hm? Ukuran L disini besar banget sih? Ini jangan jangan ukuran L buat cowok? Astaga.... Tapi tunggu dulu! Bagaimanapun ini tetap model baju cewek! Mungkin memang ukurannya terlalu besar atau badanku yang terlalu mungil?Aku tak peduli! Yang penting sekarang aku harus bilang pada Bu Aprilia, aku tambahakan namanya supaya kami tidak terkesan mirip, untuk mencoba ukuran lain.

Akhirnya aku pakai ukuran X- S, karena sampai ukuran inipun tetap sedikit kebesaran untukku. Parah~~ Hmmm...., aku pakai dulu deh! Buar Bu April, maksudku Bu Aprilia melihatnya. Ng? Lho? Mana Bu Aprilia? Kok hilang?
“Hei, kamu! Pagi! Murid baru ya?” sapa sebuah suara. Dan setalah aku berhasil tau pemilik suara itu, tidak kusangka itu adalah cowok blasteran. Kau ingat cerita bahwa aku tinggal di luar negeri? Sekarang aku bosan dan eneg melihat muka – muka orang luar negeri!
“Apa? Ada masalah?” tanyaku ketus.
“Ah? Nggak kok! Ngomong – ngomong, ketus amat sih, mbak?” ha? Mbak? Kamu pikir aku apaan hah?
“Suka - suka dong!”
“Well, mending kamu agak periang di sini. ‘Cause, di sini orang pendiem bakalan dicuekin abis-abisan!”
“Hm..... Thank’s infonya,” kataku sambil sedikit tersenyum.
“AH! Kamu senyum! Manis juga!” katanya sambil menunjuk ke arahku.
“Apa.....,” belum selesai aku bicara, dari kejauhan terlihat Bu Aprilia datang.
“Rama! Apa yang kamu lakukan di sini? Ini jam pelajaran, kan? Cepat kembali ke kelas!” bentak Bu Aprilia. Hmmm...., cukup menakutkan juga.
“Iya iya, Bu!” katanya sambil berjalan pergi. “Ah! Bye May!” kata Rama sebelum dia benar benar pergi.
“Bye....,” hm? Dia tau namaku? What the.......
***

Uwah! Akhirnya aku resmi jadi murid sekolah ini! Seragamnyapun sudah jadi! Hari ini seragamnya kemeja putih lengan panjang dan rok kotak kotak. Hmmm..., kenapa lengan panjang ya? Padahal kan panas! Kelasku.... 1-1....., di sekitar si.... BRUUUK!!! Aw! Shit! Aku nabrak siapa nih?
“Ah! Sorry! I’m so sorry!” kata cowok cool beraksen asli Amerika! Apa di sini itu blasteran semua? Cape’ deh!

Tapi cowo ini cakep juga, nggak kaya si Rama kemarin. Blasteran sih! Tapi kulitnya agak gelap. Cowok ini lengan kemejanya dilipat, dia pakai rompi hitam tipis berhoodie, rambut coklat kemerahan, menggunakan headphone, tinggi, putih. Oh My God! He is so perfect!! Cowok keren yang cool! Wow!
“Hey! Em..., kamu nggak ngerti aku ngomong apa?” tanya cowok itu. Membuatku tersadar dari lamunanku.
“A..., aku ngerti kok! Gak apa apa. Aku juga minta maaf!”
“Hmm..., okay..... Then..., namaku Alex. Salam kenal...,”
“Aku May, M-A-Y. Dan aku nggak suka jika ada yang memanggilku Mei, M-E-I,”
“Hmmm, okay, May?”
“Yep! Apa?”
“Aku suka rambutmu yang berwarna merah gelap ini,” katanya lembut smabil memegang rambutku yang terikat dua ini, lembut juga.
“Thanks...., jarang ada yang muji rambutku,”
“Kenapa nggak coba digerai? Pasti lebih bagus, kan?” katanya sambil memegangi ikat rambutku lalu menariknya perlahan. “Tuh, kan! Lebih bagus digerai!” katanya sambil tersenyum. Manis sekali.
“..............”
“May? Kenapa mukamu ikutan merah seperti rambutmu?”
Mendengar itu aku kaget sekali. Lalu akupun melarikan diri dan melanjutkan mencari kelasku. Samar - samar tadi aku mendengar Alex memanggil namaku berulang kali. Tapi saking malunya aku tak berani melihat ke arahnya. Sedikitpun.
***

Oh God! Ini kah yang dinamakan kebetulan? Ternyata aku masuk ke kelas yang sama dengan Alex?! Dan di sini Cuma ada 4 murid, dan 5 jika ditambahkan aku. Masalahnya......, di sini COWOK SEMUA!!!!! Ada Rama dan Alex bikin aku sedikit tenang, tapi 2 cowok yang lain......, aku nggak yakin deh! Yang jadi masalah pula adalah apakah ini kelas khusus para blasteran? Tambah eneg deh! Yah...., walaupun cuma si Rama yang nggak terlalu kelihatan seperti blasteran sih! Dan puncak masalah! Kenapa dari tadi pagi sampai jam segini nggak ada guru yang mengajar? Aku tanya si Rama ah!
“Hei, Ram,”
“Hah? Ngopo we?” lho? Dia blasteran bukan sih?
“Ah ga apa apa kok!” huh! Terpaksa tanya Alex deh! “Lex, ini nggak ada guru yang ngajar?”
“Ah! Nggak, khusus kelas ini nggak ada yang mengajar,”
“Hah?! Kenapa?”
“Kelas ini khusus untuk murid yang kepintarannya sudah sangat tercukupi. Bukan kelas khusus blasteran!” katanya sambil tersenyum iseng padaku.
“Oh..., pantesan! Kalau gitu apa si Rama beneran pinter tuh? Kok dari penampilannya kelihatan biasa aja,”
“Hei, hei! Ngomongin orang itu nggak baik lho!” kata Rama di belakangku, membuatku membatu. Cih! “Gini - gini aku rajanya matematika tau!”
“Cuma itu?” tanyaku.
“............................” dia hanya diam saja sambil memutar matanya ke segala arah.
“Artinya iya, ya? Wah untung aku belum terlanjur terkagum kagum!”
“Apaan sih! Kalau kamu rajanya apa?”
“Entahlah! Aku rasa nilaiku rata rata kok!”
“Wah! Jangan - jangan lewat jalur belakang ya?”
“Enak aja lo!!”
“Apa mungkin kamu rajanya bidang olah raga atau kesenian?” kata seorang murid blasteran kepadaku.
“Hmm...., kesenian. Mungkin. Karena aku bener – bener nggak tahan sama olah raga,”
“Kalau gitu boleh lihat gambarmu?” tanya murid yang satunya lagi.
“Boleh saja! Nih!” kataku sambil menyodorkan buku gambarku.
“Uwaaaaaah! Hebat! Keren!” kata mereka.
“Oh iya! Namaku Erick! Salam kenal!” kata orang yang menanyakan kelebihanku. “Dan aku rajanya bahasa!”
“Ah! Kalau aku John! Aku rajanya Fisika! Salam kenal ya!” katanya. Mereka bergantian menjabat tanganku. Oh iya!
“Alex! Kalau kamu rajanya apa?” tanyaku setelah teringat hal itu.
“Aku.....,” dengan jeda sekian lama akhirnya......
“Alex itu rajanya semua mata pelajaran!” jawab Erick.
“Eh? Wah! Hebat!!” kataku dengan mata berbinar binar.
“Hmm? Aku nggak sehebat itu, May,” katanya sambil memegangi rambutku yang masih tergerai. “Aku nggak bisa di bidang kesenian...”
“Buh! HAHAHAHA!!! Ya ampun!” aku dan teman yang lain tertawa serempak.
“Tumben - tumbennya nih si Alex mau ngaku! Biasanya introvert banget!”
“Wah! Jangan jangan ada apa - apanya nih!”
“Maksud lo?” tanyaku.
“Maksudnya gampang kok!”
“ALEX SUKA SAMA KAMU TUH!!!!”

Apa?! Yang bener aja! Baru juga ketemu beberapa saat yang lalu! Masa udah suka sih! Sekuat tenaga aku mengelak, tapi Alex tidak. Ini membuat mereka makin keras kepala! Dan lagi saat melihat muka Alex mulai memerah, teman teman yang lain mulai bersiul - siul seenaknya!
“Ukh! Dasar bocah!” teriakku sambil menjitak kepala mereka bertiga. Lalu aku pergi meninggalkan mereka.
“Cih! Sekarang aku harus ke mana? Nggak mungkin deh balik ke kelas!” kataku sambil berjalan entah ke mana. Grep! Aku merasa lenganku ditarik dengan lembut?
“Mau ke mana kamu hah?!” God! Ternyata itu si Rama!
“Halah! Kemarin kamu pas pelajaran juga ngacir - ngacir gitu kok! Ngaca dong!”
“Ukh! Kamu, kan masih anak baru! Kamu juga cuma ahli di bidang kesenian! Jadi jangan harap kamu bisa seenaknya seperti aku dan yang lain!”
“Apaan sih?!”
“Udah deh, Ram! Dia itu walaupun cewek tapi keras kepala! Ntar juga kamu bakalan nyerah deh!” ukh! Sekarang si Alex juga ikutan nimbrung! Ngejek pula!
“Oh jadi maksudmu aku bocah udik yang keras kepala hah?!” tanyaku dengan nada marah.
“Weits! Wait a minute, May! Perasaan aku nggak bilang bocah udik, aku kan cuma bilang ‘KERAS KEPALA’! Wah, fitnah nih! Kaga’ baik lho!”
“Terserah kalian deh!” kataku lemas sambil menepis tangan si Rama. “Aku sedang tidak tertarik dengan hal berdebat,”
“Eh? Nggak nangis, kan?” kata si Rama dan Alex bersamaan. Hihi! Ternyata mereka menarik juga!
“Wah, wah! Ngobrol sama tuan putri nggak ajak - ajak! Nih!” kata Erick dari belakang Alex.
“Hah?! Ulangi kata katamu! Siapa yang tuan putri hah?!” kataku dengan nada emosi.
“Kan kamu satu - satunya cewe di kelas, lagian jarang - jarang kita bisa ngobrol sama cewe dengan santainya gini lho!” jelas John.
“Eh? Kok gitu?”
“Biasalah kami kan cowok cowok blasteran yang cakep, tajir, pinter, dan....,” BLETAK!! “AWW! Sakit tau apaan sih, May?!”
“Berhenti sok keren deh, Ram! Aku jadi jijik dengernya kalau kamu yang ngomong!” emosiku memuncak.
“Cool down, May!! Si Rama emang narsis! Itu sifatnya! Biasain diri ya!” kata Erick sambil mengelus kepala Rama. Aku jadi merasa melihat orang sedang mengelus - elus anjingnya.....
“Yah....., tapi yang diucapin si Rama itu beneran. Itu alesannya, dan itu juga bikin kami agak dibenci sama cowo dari kelas biasa,”
“Hmmmm, repot juga ya....,”
“Tuh! Dengerin! Makannya jangan seenaknya jitak kepala orang dong!!”
“Hmmm..., maaf kalo gitu...,” kataku nggak niat.
“Itu yang katanya minta maaf?!” hell! Kali ini giliran si Rama yang emosinya memuncak!
“Udah deh, Ram! Kamu bikin kita jadi pusat perhatian nih!” eh? Ya ampun! Tanpa disadari sekeliling kami sudah menjadi lautan manusia.
***

“Dasar kalian ini!! Kenapa sih kelas khusus selalu buat masalah?! Kalau sudah merasa pintar bukan berarti kalian bisa seenaknya!! Terutama kamu Mei...,”
“MAY!!! M-A-Y!!!” kata kami berlima serempak, dan kami yang menyadari itu tertawa bersama. BRAAAAAAAK!!!
“INI BUKAN SAATNYA BERCANDA!!!! Baiklah! Saya sebagai kepala sekolah meutuskan bahwa...... KALIAN DISKORS SELAMA ! 1 MINGGU!!”

Kamipun keluar dari ruang kepala sekolah. Skors? Seminggu? Apa yang akan orang tuaku katakan? Baru hari pertama sudah kena masalah. Bisa - bisa seluruh gameku bisa disita. TIDAAAAAAK!!
“Hei, May! Kami minta maaf ya! Gara - gara kami kamu jadi ikutan kena getahnya,” kata Erick.
“Iya, kami nggak maksud bikin kamu jadi anak bermasalah,” kali ini giliran John yang bicara.
“Terutama aku, aku minta maaf banget! Kalau aku nggak ngejar kamu waktu itu, pasti kita nggak akan berdebat dan menjadi pusat perhatian,” kata Rama memelas.
“Kami semua minta maaf!” kata Alex mewakilkan semuanya.

DEG!! Apa ini? Kenapa rasanya aku...... berdebar debar habis dengar mereka kaya gini? Apa aku juga ngerasa bersalah atau karena suka? Suka? Suka siapa? Diantara mereka berempat siapa yang aku suka? Baru kenal jug! UKH! Aku anggap ini rasa bersalah aja deh! Tapi kalau mereka malah nerusin minta maaf..... Ukh! Kalau gitu... BLETAK! BLETAK! BLETAK! BLETAK! BLETAK! Aku menjitak kepala mereka secara bergantian saja.
“Apaan sih, May?! Sakit tau!”
“Iya nih! Padahal lagi minta maaf malah dijitak!”
“Aku udah kena 2 kali nih!”
“Kamu kenapa sih, May?”
“Jangan minta maaf....,”
“Hah? Kenapa?”
“Kalau saja tadi aku lebih sabar pasti aku nggak akan ngomong dengan suara lantang..... Aku juga bersalah! Jadi jangan menganggapa cuma kalian yang bersalah!”
Tanpa kusadari waktu mengatakan hal ini air mataku mengalir. Apalagi saat mereka mengelus kepalaku secara lembut, air mataku mengalir makin deras. Aku jadi tau bahwa ternyata rasa berdebar ini cuma perasaan bersalah. Akupun jadi merasa sangat lega!
Tapi siapa yang tau apa yang akan terjadi setelah perasaan lega ini....
***

“Ke Mall?” tanyaku penasaran.
“Iya! Kita berlima pergi ke Mall bareng! Mumpung selama seminggu ke depan kita di skors! Gimana?” kata John antusias.
“Atas dasar apa? Lagian di skors malah main!”
“Hmmm....., syukuran murid baru! Yaitu kamu! Hm? Masalah skors? Tenang aja! Guru juga ga bakalan protes lagi kok! Mereka udah nyerah sama kelas khusus,” kata Erick.
“Emangnya apa spesialnya aku dateng? Kan lebih asyik kalau sesama cowo, kan?”
“Tapi kasian kamunya! Kita asyik - asyik kamunya cuma diem aja di rumah! Kaya’ bocah udik gitu!” cih! Si Rama!
“Emang aku pengangguran hah?! Seenaknya bilang kaya gitu ke orang lain!”
“Udah deh! Kalian kok nggak pernah akur sih!” ALEX!! Eh? Emang kenapa kalau ada Alex? Aneh! “ Kalau kamu emang nggak mau ikut ya udah nggak apa! Tapi kalau kamu berubah pikiran itu artinya sudah terlambat! Kamu tetep nggak bisa ikut. Gimana?”
“UKH!! Curang~~ ”kataku dengan pura pura menangis.
“Hentikan air mata buaya mu itu!” kata Alex sambil menepuk kepalaku.
“Cih!” jawabku setengah kesal. “Kalau gitu aku ikut!!”
“Hehe! Gitu dong!” jawab Alex sambil tersenyum. Deg! Kok rasa berdebarnya dateng lagi? Ah! Mungkin karena mau pergi beareng cowo - cowo ya?
***

“Yang namanya cowo itu emang identik dengan Game Center ya,” kataku lemas. Kupikir bakalan seru! Nggak taunya cuma mau main di Game Centernya Mall.
“Ehehehe! Sorry ya, May!” John.
“Iya! Ikutan main aja deh! Seru kok!” Erick.
“Nggak usah gengsi buat ikutan main karena kamu cewe! Mainan tinju yang di sana bagus buat pelampiasan kekesalan lho! Coba gih!” Rama....
“Kalau nggak mau ikut kamu internet di sana tuh! Free kok!” Alex...., aku bosan untuk memberitau siapa yang bicara!!!!
“Ram, beritau aku di mana yang mainan tinjunya!” kataku antusias akhirnya.
“Oke, BOS!!!”

1, 2, 3! BUAAAAAAAAAK!!!! Ting! Ting! Ting! Hmmmm..., nilainya 247? Yah...., lumayan deh! Sekarang enaknya ngapain ya? Apa aku internetan kaya sarannya Alex aja ya? Ng?
“Lihat apa kalian?” tanyaku pada mereka berempat termasuk ke beberapa orang yang juga berkerumun di sini.
“Kamu cewe? Kok bisa bisanya dapet nilai 247...,” kata Rama ketakutan.
“Makannya jangan macam macam sama aku! Ntar aku hajar kamu!”
“UWAAAA! Ampun..................,” kata Rama sambil berhahahehe.
“Fuh! Gila! Hebat banget! Tangan kecil kaya gini hebat juga” puji Alex sambil memegangi tanganku. “Kapan kapan ajarin aku teknik mukul kaya gitu dong!” kata Alex sambil tertawa. Dia tertawa?! Jarang bisa liat kaya gini!
“Apaan sih....., ng? WAH! Ada MT!!” teriakku.
“MT? Kamu suka main itu?” tanya Erick.
“Suka banget! Dulu aku pernah main dan ketagihan. Tapi nggak sempet main juga!”
“Kalau gitu ayo tanding sama kita berempat! Ganti gantian!” tantang John.
“Eh?! Tapi aku, kan belum begitu ahli!!”
“Nggak peduli!” si Rama ini emang nyebelin banget!!
“Aku bantuin si May!” kata Alex tiba - tiba.
“Eh? Kok gitu curang!!” protesa yang lainnya.
“Lebih curangan orang yang ahli tanding sama orang yang nggak ahli,” elaknya.
“Ah! Jangan – jangan....... Alex suka May! Makannya dia belain May terus, kan? Coba inget - inget! Dlu juga ada kejadian kaya gini!” kata John seenaknya.
“Heh! Lu mau gue jitak lagi hah?!”
“Ampun......,” kata John sambil mengatupkan tangannya seperti akan berdoa.
“Terserah kalian ah! Aku mau internetan aja!!” bentakku.
“Eh? Lho? May?” itulah yang mereka katakan saat melihatku pergi.
Sial!!! Kenapa harus kaya gini sih! Aku pikir ini akan menjadi acara yang bikin aku seneng! Nggak taunya malah jadi kacau gini! Tapi karena hal ini aku jadi tersadar akan sesuatu..... Sepertinya aku mulai menyukai Alex....
***

Sudah 2 tahun aku di sekolah ini. Banyak hal yang terjadi, termasuk saat tiba tiba ada yang ‘menembak’ku. Tapi yah......., berkat itu aku sadar..... selama 2 tahun penuh aku selalu bersama Alex, Rama, Erick, dan John, dan itu membuatku menjadi menyukai mereka. Bukannya aku playgirl, hanya saja aku sendiri sebelumnya tidak sadar sampai momen ada yang menembakku terjadi. Entah aku harus senang atau sedih setelah mengetahuinya.

Aku hanya tidak bisa memilih. Dulu aku memang cuma suka Alex, tapi seiring berjalannya waktu, banyak kejadian bersama mereka. Tiap orang pernah mengalami kejadian so sweet barsamaku. Dan itu membuatku tidak ingin kehilangan mereka atau ada yang merebut mereka. Apapun yang kulakukan tak ada yang berubah. Aku tetap tidak bisa memilih. Hatiku terbagi menjadi empat bagian, tiap orang satu! Hanya saja memang hanya Alex yang lebih sering aku pikirkan. Apakah mungkin yang kusukai sebenarnya Alex? Aku.....
“Hey, May!”
“Ng? Apa?” tanyaku setelah mengetahui sang sumber suara.
“Gini, sebenarnya sudah 2 tahun ini aku suka kamu. Tepatnya sejak kita pertama kali ketemu. Jadi...., apa kamu mau jadi pacarku?” Deg! Apa?!
“Aku.......,” ternyata memang benar, selama ini aku ternyata menyukainya. Kenapa aku baru sadar sekarang? Payah! “Aku mau jadi pacarmu!”
Mungkin setelah ini aku masih akan terus kepikiran tiga orang yang lain. Tapi aku harap dengan berpacaran dengannya ak bisa melupakan mereka bertiga. Rama, Alex, Erick, dan John. Kalian orang yang berharga bagiku dan aku ingin kita selalu bersama. Tapi maaf! Aku hanya bisa sampai sebatas teman untuk kalian bertiga sampai di sini! Hanya satu orang saja yang akan selalu bersamaku......

~ THE END ~

SUMBER: http://www.lokerseni.web.id/2013/04/four-heart-cerpen-cinta-remaja.html

CERPEN

PUPUS
Karya  Triana Agustin

Langit mulai menapakkan gelap, sepertinya sore ini akan turun hujan lagi. Andai Tuhan izinkan aku hanya ingin satu permintaan, tolong jangan turunkan hujan sore ini aku hanya ingin melihatnya dan bertemu dengannya.

Namaku Trisya dan sekarang aku duduk dikelas 3 SMA, gak kerasa sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan sekolah yang begitu penuh dengan kenangan ku. Menjalani hari-hari ku disekolah adalah kebahagiaan terindah dalam hidupku karena disana ada Mario yang selalu aku cintai tapi cinta ku ini hanya cinta semu, karena setelah ku persembahkan hidup ku untuknya dan telah ku relakan hatiku padanya dia masih belum bisa membalas ketulusan cintaku. Sekarang aku sedang menikmati masa liburan semester ku dan aku hanya bisa habiskan masa liburan sekolahku sendiri. Dalam status hubungan aku memang kekasihnya namun dalam hatinya aku bukan siapa-siapa, semenjak hati dan juga jiwanya terluka oleh Shela dia pun kini enggan untuk membuka hatinya pada siapapun termasuk aku. Ku dengar sekarang Mario tengah sibuk dengan dunianya, dia adalah panitia festival film fisika yang akan diadakan minggu depan dan mungkin tak akan ada waktu banyak untuk ku.

Lima hari sudah ku lalui masa liburanku ini hanya dengan tangis kesedihan, aku selalu menangisinya, menangisi setiap cara yang dia berikan untukku. Rasanya sakit hati ini menerimanya setelah aku benar-benar tulus mencintainya tapi dia hanya anggap semua itu biasa saja.

Tanpa terasa hari-hari liburan sekolah pun telah berlalu, semua berlalu tanpa arti bagiku. Kini aku sudah hadir di bulan januari dan yang ku tau, bulan januari ini adalah bulan kelahirannya tepatnya tanggal 24 nanti dia genap berusia 17 tahun. Sebenarnya aku sudah merencanakan sesuatu untuknya memang bukan sesuatu yang special tapi setidaknya aku ingin dia selalu mengenang setiap detik yang ku hadirkan hanya untuknya. Dalam duniaku hanya berisikan tentang Mario dan dalam dunia Mario aku tak pernah ada.
“bantu gue yah, gue pengen bikin surprise kecil buat dia” pintaku pada Sirius, sebenarnya namanya Shinee hanya saja aku senang memanggilnya Sirius.
“emangnya lo udah punya rencana apa buat dia” aku pun berbisik di telinga Shinee dan memberitahukan apa rencanaku.

Aku hanya memiliki rencana yang sederhana, hanya sekedar ingin membawakan kue tar kecil untuknya dengan lilin-lilin yang akan menghiasi harapannya. “ummp baiklah gue bantu lo”
“thanks ya” ucap ku dengan senyum sumbringah.

Hari demi hari cepat berlalu dan terus bergulir begitu saja, kadang ingin ku tanyakan untuk siapa hatinya kini tapi rasanya percuma ku tanyakan itu. Aku memang mencintainya tapi dia tak pernah jujur akan rasa sayang dan cintanya padaku. Aku bingung dengan semua ini, mencintai seseorang tanpa sebuah kepastian yang pasti dan hal ini sangat menyakitkan.

Esoknya sepulang sekolah aku dan Shinee pergi mencari kue tar cantik, walau harganya tak mahal semoga kue itu bermakna untuknya.
“Sya..sya… liat deh, cantikkan kuenya”
“ikh mungil banget, yaudah deh gue beli yang itu aja kali ya”
“ohiya namanya belum di tulis” ucap Shinee mengingatkanku.
“eh iya hampir gue lupa, mba tulis nama ini ya Happy Birthday 17 Mario Ashidik”
“baik mba” ucap seorang pelayan toko kue ini.
“kapan lo mau kasih ni kue?”
“ya besoklah kan ultahnya besok, paling pulang sekolah deh”
“umm sukses yah”
“pasti, thanks yah”. Aku gak sabar menunggu hari esok bagaimana ya ekspresinya saat aku bawa kue ini, hanya itu yang selalu ku pikirkan.
Malam pun telah berganti, dan tiba saatnya untuk ku kembali menjalankan rutinitas hari-hariku yaitu sekolah, belajar dan bertemu dengan dia. Hatiku tak bisa diam, sesekali ku lihat jam didinding rupanya belum saatnya untuk pulang sekolah. Dan tak lama setelah itu bel tanda berakhirnya jam pelajaran terakhirpun berbunyi. Senangnya hatiku akhirnya aku bisa bertemu dengannya dan memberikan kejutan ini.

Dengan cepat aku keluar dari kelasku dan membawa kue itu, sesampainya didepan kelas Mario, aku terdiam, hatiku tercengang melihat dia sudah dikerumuni oleh sahabat-sahabat terdekatnya, disana ada Lilian dan juga Merlin. Mereka telah mempersiapkan kejutan besar yang lebih istimewa untuk Mario,seketika senyum bahagia yang sedari tadi ku kembangkan dalam wajahku berubah menjadi tangis dan kekecewaan. Disana tak hanya ada sahabat-sahabatnya tapi disana juga ada Shela. Aku tak bisa lagi berharap dia akan melihatku dan menerima hadiah dariku karena ku tau hadiah dari ku ini tak ada artinya dibandingkan dengan hadiah yang sudah mereka persembahkan untuknya.
“Trisya, kok kamu berdiri didepan pintu? ayo masuk” ucap Benny yang sedari tadi sudah berdiri disampingku.
“eh engga deh, sepertinya percuma aku masuk…”
“tapikan kamu pacarnya Mario”
“aku gak apa-apa kok, ohiya Ben boleh aku minta tolong”
“boleh”
“tolong kamu berikan ini untuk Mario, ohiya ini kado untuk dia”
“tapi kenapa gak kamu aja”
“aku gak mau merusak kebahagiaan dia hari ini” ucapku lirih dengan mata yang mulai berkaca-kaca, setelah Benny benar-benar telah menerima dua kotak dariku, aku pun dengan segera pergi meninggalkan kelas Mario tanpa Mario tau kedatanganku. Setelah kepergianku ku rasakan semilir angin yang menerbangkan aroma tubuh Mario keluar dari kelasnya dan menemui Benny.
“hai Ben?”
“hei yo, ohiya Happy Birthday”

“iya thanks, itu buat siapa?”
“ini buat lo yo” lalu Mario pun membuka kotak kue itu
“kue itu dari pacar lo”
“Trisya tadi kesini?” Benny hanya menganggug, lalu kemudian Mario meletakkan kue itu dan pergi meninggalkan Benny untuk kemudian mengejar ku.

Rasanya kaki ku lemas untuk melangkah, semua yang ku harapkan pupus begitu saja. Saat ku lihat Mario tertawa bahagia tanpa kehadiranku, saat ku lihat aku tak pernah bisa membuka hatinya untukku. Saat itu aku menyebrang tanpa melihat arah ku sendiri, tak ku sangka dari arah belakangku telah melaju sebuah mobil dan menabrakku. Ku dengar ada suara teriakkan yang sangat kencang dan kurasa aku mengenali betul suara itu, iya itu adalah suara hangat Mario, suara yang tak pernah lagi kudengar. Lalu aku merasakan tubuhku terangkat dalam pelukkan, aku masih bisa melihat dia walaupun semu tapi aku masih bisa merasakannya, dia memelukku dan menangisiku. Untuk pertama kalinya aku melihat dia menangisiku. Aku tak bisa bergerak rasanya lengan ku sakit dan darah segar tak hentinya berhenti bercucuran dari kepalaku. Aku hanya ingin mengucapkan sesuatu untuknya, ku mohon bantu aku Tuhan untuk katakan bahwa aku mencintainya.
“Sya, kamu harus bertahan” ucapnya lalu kurasakan tetesan air matanya jatuh tepat di pipiku. Ku coba meraih tangannya, aku berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga ku.
“Ma..ma..rio” ucapku terbata-bata.
“iya sayang ada apa”. Aku bahagia kala ia memanggil ku dengan sebutan sayang, sebutan yang tak pernah lagi ku dengar darinya.
“selamat ulang tahun, aku hanya ingin ucapkan ini untuk kamu. Aku bahagia melihatmu bahagia”
“maafin aku Sya, aku terlalu sibuk dengan duniaku”
“Ma..rio…aku gak kuat”
“kamu gak boleh ngomong gitu, kamu harus kuat Sya. Ku mohon bertahanlah”
“aku…aku mencintai ka…mu” suaraku semakin melemah dan menghilang, wajahnya tak lagi terlihat oleh ku dan aku merasakan dingin yang amat sangat menghantam tubuhku lalu ku hembuskan nafas terakhirku dalam pelukkan Mario. Tuhan membawa ku pergi secepat kilat dan kini aku tak bisa lagi ada disamping Mario.
“Trisya bangun, Sya…aku belum sempat mengatakan aku juga mencintai kamu Trisya” Bisiknya di telingaku.
Aku tak pernah menyesal mengenalmu bahkan telah ku relakan semuanya untukmu. Aku tak tau bagaimana nanti kamu mengenangku, ku serahkan semuanya padamu. Dan andai aku bisa memilih antara sekarang atau masa lalu, aku ingin hidup dalam masa lalu masa dimana aku hidup tanpa air mata dan juga kecewa. Tuhan andai aku bisa kembali, aku ingin dia tau bahwa aku akan selalu mencintainya dan menyayanginya.

Selesai


SUMBER: http://www.lokerseni.web.id/2013/04/pupus-cerpen-cinta-remaja.html

CERPEN

MENINGGAL DALAM RAHIM
Karya Rieztha

Pernikahan Mella dan Rava telah memasuki tahun ke dua, jika diperhatikan kehidupan mereka dapat dibilang keluarga yang paling harmonis di komplek itu. “Kehidupan masa depan cerah”, begitulah ucapan orang-orang yang melihatnya. Bagaimana tidak, hidup serba kecukupan, serta pekerjaan mapan, rumah bagaikan istana raja, halaman rumah bag taman seribu bunga. Mella, seorang wanita karir, wanita berparas cantik ini bekerja di sebuah perusahaan swasta terbesar di kota pempek, kota yang terkenal dengan jembatan ampera serta makanan khasnya, dia memegang peranan penting dalam perusahaan itu sebagai direktur utama. Suaminya, Rava, seorang pengusaha terkaya di kota itu, Rava mewarisi bakat ayahnya sebagai pembisnis handal. Diusia yang baru memasuki 28 tahun dia sudah menjadi saudagar kaya. Indah...siapa yang tidak menginginkan hidup seperti itu? Semua orang pasti mendambakanya.
“Tak ada yang sempurna kecuali Tuhan”. Mungkin pepatah itu yang pantas untuk pasangan ini. Di usia pernikahan yang ke dua tahun, pasangan ini belum juga mendapat momongan, dambaan setiap pasangan suami istri. Berbagai usaha telah dilakukan, dari pengobatan aternatif sampai ke dokter spesialis telah dilakukannya, tapi semuanya nihil. Terkadang rasa putus asa itu muncul, tapi keluarga besar selalu mendukungnya agar selalu berusaha.
“Sampai kapan kak?” Tanya Mella kepada suaminya.
“Sabar dik, kita berdo’a dan berusaha saja.” Jawab Rava.
“Iya, tapi sampai kapan? Sudah dua tahun kita menikah tapi...” Tanya Mella, matanya mulai berkaca-kaca.

Rava mendekat duduk disampingnya dan menenangkanya.
“Dik. Tak henti-hentinya kita berusaha dan berdo’a tapi amanah itu belum juga datang. Mungkin Allah belum mengizinkan kita untuk menjaga amanah itu, Allah pasti merencanakan yang terbaik buat kita.” Ujar Rava kepada istrinya.
“Iya kak, adek tau. Tapi sudah dua tahun kita berusaha, tapi mana hasilnya? Tidak ada kak...” Mella menangis.
“Dik. Lihatlah orang-orang di sana yang sudah 5 tahun bahkan 10 tahun menikah, baru dikaruniai anak, mereka berusaha dan optimis untuk mendapatkannya, dan mereka bisa? kenapa kita tidak mencontoh mereka, mencontoh keoptimisan mereka.”Ujar Rava kepada Mella.
“Iya kak, ya sudah kak, kita tidur sudah malam.”Ujar Mella kepada suaminya.
“Iya.” Jawab Rava.

Dua bulan berlalu setelah kejadian malam itu, biasanya Mella sebelum pergi ke kantor selalu sarapan, tapi kali ini ada yang beda pada Mella. Dia sangat malas sekali untuk bangun pagi, bahkan rasanya tidak ingin bekerja. Rava mencoba membangunkanya tapi Mella tak bangun-bangun juga. Bingung Rava dibuatnya, tidak biasannya istrinya seperti itu, mungkinkan istrinya sakit? Timbul pertanyaan-pertanyaan di benak Rava.
“Dik bangun, sudah pagi. Apa kamu tidak kerja, nanti kamu telat bagaimana?”Ujar Rava kepada istrinya.
“Uuh...Adik malez mau kerja, lemaz rasanya.” Jawab Mella.
“Kamu sakit?” tanya Rava sambil memegang kening istrinya.
“Engak kok kak, Cuma malas aja.” Jawab Mella enteng.
“Tidak seperti biasanya kamu seperti ini.”Gumah Rava sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Kak tidak kerja?” Tanya Mella kepada suaminya.
“Nanti saja.” Ujar Rava sambil berjalan keluar dari kamar.

Rava masih belum mengerti kenapa istrinya seperti itu, biasanya istrinya selalu semangat, tidak pernah menyepelekan sesuatu, selalu tepat waktu. Kenapa hari ini berubah, Rava bertanya-tanya dalam hati...
“Jangan-jangan....” Rava tersentak dan berlari membalikan badan menuju kamarnya kembali.
“Adik...jangan-jangan kamu hamil?” Ujar Rava kepada istrinya.
“Hem... Hamil dari mana kak, sudahlah kak jangan bermimpi.” Ujar istrinya.
“Tidak bisa, pokoknya hari ini kita ke dokter, oke? Sekarang mandilah kita pergi ke dokter pagi ini juga.” Ujar Rava penuh semangat.
“Ah... Malas nanti kayak dulu lagi.” Jawab Mella sambil membenarkan selimutny untuk menutupi tubuhnya.
“Sudah dik, sekarangan bangunlah aku tunggu di depan. Cepat ya.” Ujar Rava.
“Iya...iya...” Membuka selimut dan menuju kamar mandi.

Rava menuju garansi mobil dan memanasi mobil sedangkan Mella menyiapkan diri untuk memenuhi keinginan suaminya. Setelah menyiapkan semuanya, pasangan suami istri itu meninggalkan rumah menuju ke dokter kandungan dimana mereka sering konsultasi.
“Maaf, Tuhan belum memberkati kalian, istri anda cuma kecapekan saja bukan hamil.” Ujar dokter kepada pasangan suami istri itu.
“Maksud dokter, istriku belum hamil?” Tanya Rava.
“Iya, istri anda belum hamil?” Jawab dokter.
“Oh, Terima Kasih dok, kami permisi dulu.” Ujar Rava.
“Iya, Selalu berusaha pak, bu, jangan putus asa kalian masih muda.” Kata dokter sambil bersalaman dengan pasangan suami istri itu.
“Iya pak, Pasti.” Ujar Rava.

Kedua pasangan itu membuka pintu keluar dari ruangan dokter dengan guratan wajah kecewa, kebisuan mengantarkan mereka sampai di dalam mobil, tak sepatah kata yang terucap dari kedua pasangan ini. Rava mulai menghidupkan mesin mobilnya, diperjalanan pulang tak ada canda tawa lagi, kediaman, kesunyian serta kekecewaan menyelimuti hati keduanya. Mella mulai membuka pembicaraan. Terasa tak kuasa dia mengungkapkanya, matanya berkaca-kaca.
“Kak...maafin aku, aku mengecewakanmu lagi .” Ujarnya sambil meneteskan air mata, sementara Rava tetap diam dan terus mengemudi mobilnya.
“Kak...bicaralah, jangan diam seperti ini, aku tau aku yang bermasalah, rahimku....”Mella menangis dan tak kuat meneruskan kata-katanya.
“Sudah dik, jangan menangis, ini cobaan kita.” Jawab Rava singkat tapi penuh makna.
Mella terus menangis di dalam mobil sedangkan Rava hanya diam dan terus mengendari mobilnya. Tidak tau apa yang ada dipikiran Rava, dia diam seribu bahasa. Bahkan terkesan cuek kepada istrinya. Mobil berhenti tepat di depan rumah mereka. Mella turun dari mobil sementara Rava memasukan mobilnya di dalam garasi yang ada di samping istananya itu.

Hari berganti hari, rumah itu terlihat sepi, tak pernah terlihat batang hidung mereka, kemanakan mereka? Biasanya setiap senja mereka duduk bersama sambil menuggu adzan magrib tapi sekarang berbeda, rumah itu selalu tertutup rapat. Rava mulai berubah, dia selalu pulang malam, tak jarang dia pulang dalam kondisi mabuk. Mella mulai mencium perubahan suaminya. Ketika malam, Mella menunggu suaminya pulang, dia ingin mengetahui jam berapa suaminya pulang karena selama ini dia tidak pernah tahu jam berapa suaminya pulang, dia memberikan kepercayaan penuh kepada suaminya. Tapi kali ini, dia ingin menunggu suaminya. Jam berbunyi menunjukan jam 12:00 malam, tapi suaminya belum pulang juga, mencoba dihubunginya tapi tidak diangkat. Semakin cemas Mella menunggunya, dia takut terjadi sesuatu pada suaminya. Kecemasan Mella terpecahkan oleh deru suara mobil di depan rumahnya. Mella cepat-cepat membuka pintu dan mununggu suaminya di depan pintu.
“Baru pulang kak?” Tanya Mella pada suaminya.
“Iya.”jawabnya.
“ Tumben, kok sampai larut malam.”Tanyanya lagi.
“Aku bekerja dik!” Jawabnya sedikit membentak.
“ Tapi biasanya tidak sampai larut malam begini kan?” Mella menyela.
“Ahk!!! diam kamu, aku seperti ini karena untuk menafkahi kamu, tapi mana? Apa yang sudah kamu berikan sama aku?” Jawabnya
“Tapi kak...”
“Sudah, aku mau tidur, aku capek.” Ujarnya sambil menuju tempat tidur.
Mella semakin curiga, suaminya bersikap kasar terhadapnya bahkan Rava mulai jarang pulang ke rumah. Di telfon tidak diangkat bahkan tidak jarang nomor HPnya tidak diaktifkan. Suatu hari Mella menghubungi ke kantornya tetapi kata sekertarisnya Rava tidak ada di kantor. Mella menghubungi teman kerjanya tapi jawabannya sama saja, mereka tidak tahu keberadaan Rava, semakin cemas Mella memikirkan suaminya. Kecemasaan itu tidak dia perlihatkan kepada suaminya, jika suaminya datang, Mella seolah-olah tidak tahu semuanya. Mella hanya diam, diam penuh tanda tanya, apa yang telah terhadi pada suaminya.
Keesokan harinya, Mella memutuskan untuk pergi ke kantor sendiri, dia beralasan ada kerjaan yang harus diselesaikan, oleh sebab itu dia tidak pergi kerja bersama suaminya. Rava berangkat ke kantornya sendirian tanpa ada rasa curiga. Tidak lama dari Rava pergi, Mella pun mengikuti dari belakang, tetapi Mella tidak pergi ke kantornya, tapi mengikuti suaminya. Mella tidak menggunakan mobil pribadinya, dia diantarkan oleh teman kerjanya, temanya itu mengetahui apa yang terjadi pada suami Mella.

Tepat di depan sebuah hotel berbintang, mobil suami Mella berhenti. Rava tidak sadar kalau dirinya dibuntuti oleh istrinya. Tanpa ragu-ragu Rava masuk ke dalam hotel tersebut. Semakin berdebar-debar hati Mella, kecurigaan Mella semakin kuat. Lima belas menit dari Rava masuk hotel itu, Mella melangkahkan kakinya ke dalam hotel tersebut. Tepat di kamar hotel 0528, Mella berdiri di depan pintu kamar itu. Semakin berdebar-debar jantung Mella. Mella menarik nafas untuk menenangkan dirinya. Pintu ia buka, tidak terkunci. Betapa terkejutnya Mella saat melihat suaminya, tidak pernah ia duga. Bendunagn air mata terkoyakan, air mata tumpah membasahi pipinya. Membisu tanpa kata, tubuhnya bag tak bertulang, luluh lunglai. Mella melihat suaminya bercumbu dengan wanita lain.
“Kak...?” Hanya kata itu yang terucap dari bibirnya.

Betapa terkejutnya Rava, mendengar suara istrinya dan berdiri di depan pintu dengan linangan air mata.
“Ngapain kamu di sini?” Tanyanya kepada istrinya.
“Kamu yang ngapain di sini?” Mella balik bertanya.
“A..a..aku..” Rava gugup.
“Siapa wanita itu?” Tanya Mella.
“Ahkk...ini semua salahmu, ini salahmu yang membuat aku begini, Rahimmu mati, cintaku mati dalam rahimmu...”ujarnya.
“Seperti inikah cintamu, sekecil inikah cintamu?” Sela Mella.
“Heh, jangan salahkan aku, kalau aku berselingkuh sama dia, dia lebih sempurna dari pada kamu, dia juga pasti bisa memberikakku anak, tidak seperti kamu!” Suara Rava meninggi.
“Kamu yakin, dia bisa memberimu anak?” Bergetar suara Mella.
“Iya, pasti, dia pasti bisa memberiku anak, tidak seperti kamu, wanita kering, cintaku telah usai! Mat...., mati oleh rahim, mati dalam rahimmu.”Ujar Rava dengan menangis gemetaran.
“Tidak! Tidak mungkin, tidak...!
Mella pingsan...
***

SUMBER: http://www.lokerseni.web.id/2013/03/meninggal-dalam-rahim-cerpen-remaja.html

JENIS CERPEN

Jenis-jenis Cerpen

Cerpen yang pendek hanya terdiri dari 750 sampai dengan 1000 kata. Cerpen jenis ini biasanya disebut cerita mini yang lazim disingkat cermin. Di Barat cermin disebut flash – yang artinya sekilas atau sekelebatan membacanya. Jenis ini tergolong dalam very short-short story.
Sedangkan cerpen yang ditulis sampai dengan 10.000 kata bisa disebut dengan cerpan (cerita pendek yang panjang). Jenis cerpen ini bisa dikembangkan menjadi novelette atau novel pendek. Karya-karya cerpen para sastrawan Eropa, Amerika Latin dan AS tahun 1940 – 1960-an pada umumnya ditulis begitu panjang dan layak disebut cerpan.
Cerpen yang ideal adalah sebagai berikut:
* Ditulis terdiri dari 3.000 atau 4.000 kata.
* Bahasa dan isinya mudah dipahami. Dengan demikian, cerpen tersebut dapat di baca kurang dari satu jam dan isinya tidak terlupakan oleh pembacanya sepanjang waktu.
Aliran-aliran cerita pendek merupakan filosofi dasar yang mencirikan pengucapan sastra seorang sastrawan. Hingga kini telah dikenal puluhan aliran jenis jenis cerita pendek. Berikut adalah beberapa di antaranya :

1.REALISME
Adalah aliran dalam kesusastraan yang melukiskan suatu keadaan secara sesungguhnya. HB Jasssin menjelaskan dalam realisme digambarkan keadaan seperti yang sebenarnya yang terlihat oleh mata. Pengarang melukiskan dengan teliti tanpa prasangka, tanpa tercampur tafsiran, tidak memaksakan kehendaknya sendiri terhadap pelaku dan pembacanya. Pengarang sendiri berada di luar tanpa ikut campur dalam cerita. Ia sebagai penonton yang obyektif. Tidak melukiskan lebih bagus atau lebih jelek dari kenyataan. Realisme muncul pada abad ke 18 tapi baru berkembang pada abad 19 dan awal abad 20. Kaum realis menentang romantisme yang mereka anggap cengeng dan berlebihan. Kaum realis lebih memilih tokoh-tokoh sederhana dan umum. Hal-hal bersifat ideal ditolak. Itulah sebabnya karya realisme banyak berkisar pada golongan masyarakat bawah, seperti kaum tani, buruh, gelandangan, pelacur, gangster,dsb.

2. Impresionisme
Impresi berarti kesan. Jadi impresionisme adalah pelahiran kembali kesan-kesan sang pengarang terhadap sesuatu yang dilihatnya. Sebagaimana kesan, ia biasanya sepintas lalu. Menurut Dr. JS Badudu, pengarang tak akan melukiskannya sampai sekecil-kecilnya seperti realisme dan naturalisme. Akan tetapi spontanitas dari penglihatan pertama yang dilukiskan, karena kesan itulah yang tetap melekat.

3. Naturalisme
Sebenarnya merupakan cabang realisme. JIka realisme menyajikan hal-hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, naturalisme cenderung melukiskan segala kenyataan yang ada tanpa memilih, atau menyeleksinya. Apa yang tampak dan dirasakan itu juga yang dinyatakan. Oleh sebab itu naturalisme cenderung melukiskan segala yang buruk, jorok bahkan pornografis. Juga melukiskan kritik sosial secara tajam. Naturalisme amat mementingkan alam semesta, seperti pengertian awalnya bahwa natura adalah alam. Tokoh-tokoh naturalisme mengungkapkan aspek-aspek alam semesta yang bersifat fatalis dan mekanis. Ia juga mementingkan gerak dan aktivitas manusia yang mewujudkan kebendaan serta kehidupan moral yang rendah. 
4.Neonaturalisme
Berarti naturalisme baru, yaitu bentuk lanjutan naturalisme. Aliran ini merangkum realisme dan naturalisme. Yaitu disamping melukiskan hal-hal yang buruk juga kenyataan yang baik. Itu sebabnya ia dikatakan melukiskan kenyataan yang obyektif. Fiksi awal sastra Indonesia tampil dalam bentuk realisme yang kuat, melukiskan aspek kehidupan secara nyata dan langsung. Dalam perkembangannya realisme kurang memuaskan sehingga dalam 
banyak hal naturalisme lebih mampu menyatakan ekspresi jiwa pengarang. Akan tetapi naturalisme pun kurang memuaskan sehingga membutuhkan satu bentuk ekspresi yang lebih ekstrem yaitu neonaturalisme

5. Determinisme
Merupakan cabang dari naturalisme, yaitu aliran kesusasteraan yang menekankan pada takdir. Takdir ini ditentukan oleh unsur biologis dan lingkungan. Berasal dari kata to determine yang berarti menentukan atau paksaan nasib. Dr. Js. Badudu mengatakan bukan nasib yang ditentukan oleh Tuhan melainkan nasib yang ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitar, seperti kemiskinan,penyakit keturunan, dan kesulitan akibat perang. Inti pokoknya adalah penderitaan seseorang. Jahatkah, melaratkah, penyakitankah, bukan karena takdir Tuhan namun karena lingkungan yang buruk. Penganutnya berangkat dari paham materialisme dan karenanya tidak percaya bahwa Tuhanlah yang menakdirkan demikian. Contoh : Tokoh Yah dalam Belenggu, Armijn Pane.
Neraka Dunia, Katak hendak jadi Lembu - Nur St Iskandar. Pada Sebuah kapal - NH Dini, Atheis Achdiat K Mihardja.

6. Ekspresionisme
Dijelaskan oleh Dr. HB Jassin bahwa sampainya orang pada aliran ekspresionisme karena manusia dengan jiwanya yang paling dalam cuma bisa dilukiskan oleh seniman yang mengenali manusia itu sampai pada pikiran dan perasaannya yang paling dalam, kesedihan dan kesengsaraannya,ketinggian rasa susila, dan kerendahan hawa nafsunya. Untuk melahirkan manusia yang sebenarnya , si pengarang harus seolah-olah masuk ke dalam tokoh-tokohnya, dan ia tak bisa meniadakan dirinya sama sekali, tapi turut aktif dalam jiwa tokoh itu. Pada mulanya ia sebagai penonton pasif, yaitu melihatnya secara obyektif tapi kemudian menjadi aktif sebagai pemain yang subyektif yang turut menyatakan dirinya. Maka sampailah ia pada ekspresi yaitu pengucapan jiwanya yang melahirkan ekspresionisme.

7. Romantisme
Mengutamakan perasaan. Ada anggapan romantisme adalah penyakit kaum muda yang belum banyak mengecap pengalaman dunia. Mereka mengukur segalanya dengan intuisi dan perasaan tanpa menggunakan otak. Oleh sebab itu romantisme bisa dikatakan aliran yang mementingkan penggunaan bahasa 
yang indah, mengawang ke alam mimpi. karya romantisme ada yang cengeng, yang meluikiskan kecengengan jiwa remaja yang berlagu tentang kecerahan bulan, menyanyi di lindungan pohon dengan beribu bunga di taman indah permai. Ada pula karya romatisme yang dewasa karena ditempa oleh pengalaman
dan pengetahuan yang bila dituangkan dalam karya sastra bisa sangat mengharukan. Karya Shakespeare, Romeo dan Yuliet, misalnya adalah karya yang agung. Demikian pula Les Mirables, karya Victor Hugo. Juga Daniel Defoe (1660-1731)

8. Idealisme
Drs. sabarudin ahmad dalam pengantar sastra Indonesia (Medan, Saiful 1975) mengatakan bahwa aliran idealisme adalah aliran romantik yang mendasarkan cita-citanya pada cita-cita si penulis atau kepada ide pengarang semata. Pengarang idealis mememandang jauh ke depan ke masa datang dengan segala kemungkinan yang sangat diharapkan akan terjadi.
Jadi tak ubahnya ramalan indah dari seorang penulis. Lukisan yang idealisme sudah tentu umumnya indah dan menawan. Contoh Tokoh Tuli dalam layar Terkembang. Merasa mampu mewujudkan cita-citanya mengangkat harkat martabat kaum wanita sebagai mana dicita-citakan RA Kartini . Umumnya fiksi Indonesia seblum perang banyak yang menunjukkan idealisme kuat, seperti Siti Nurbaya, Pertemuan Jodoh, Katak hendak jadi lembu.

9. Surealisme
Muncul di Prancis antara PD I dan PD II. Tokoh surealis berusaha menggambarkan suatu dunia mimpi, tapi penafsirannya mereka serahkan pada pembaca atau audiens. Js Badudu mengatakan surealisme .realistasnya bercampur dengan angan-angan. malah angan-angan amat memengaruhi bentuk lukisan. Pelukisan dalam surealisme melompat-lompat .Karena itu amat sulit mengikuti karya surelaisme. Pembaca harus menyatukan dalam pikirannya lukisan yang seakan-akan bertaburan apalagi karena pengarang seakan mengabaikan tata bahasa, pikiran tampak meloncat-loncat,logika seakan hilang , alam benda dan alam pikiran bercampur jadi satu. 


SUMBER: http://indonesian-samiaji.blogspot.co.id/2012/11/cerpen-dan-jenis-jenis-cerpen.html