AIR MATA DI BALIK SENYUMAN
Karya : Anis Rahma
“Tuuuutttttt,,,,, “Suara kereta memecah keramaian didalam rangkaian
gerbong berjalan ini, detakan roda besi yang berputar diatas baja
panjang tak berujung menemani perjalanan ku, menuju kota kelahiranku.
Dengan irama pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, dan udara
yang pengap semakin membuatku kesal saja.
“Mas,,mau numpang tanya…”
Suara bidadari cantik yang memecah kekesalanku, begitu lembut di dengar.
“iya mbak mau tanya apa?
“kalau mau ke alamat ini, turunnya di stasiun apa ya mas?
Dengan menunjukan secarik kertas kepada ku, akupun melihatnya dengan seksama.
“Oh,,alamat ini sama dengan tujuan saya mbak, nanti mbak bareng aja sama saya, turun di Stasiun Kertosono.”
“maaf mas sudah merepotkan”.
“ahh,, nyantai aja mbak.”
Ya
Allah dari mana datangnya bidadari cantik ini, parasnya begitu menawan,
balutan kain coklat yang menutupi rambutnya. Wajahnya bak bunga mawar
yang mulai mekar, dengan aroma wangi khasnya yang begitu mengodaku untuk
ingin tau siapa gerangan.
“Bolehkah saya duduk disini mas?
“Silahkan Mbak.” Jawabku sambil bergeser dari bangku.
Terasa
berdenyut kencang jantungku, panas dingin yang ku rasakan. Bidadari
duduk di sebelahku, serasa ingin menjerit aaaaaaaaaaaaaa,,,,,, Seneng,
grogi, salting semuanya ada pada ku sekarang. Ingin tahu siapa namanya,
tapi aku ragu untuk melontarkan kata ku. Rasa gerogi ternyata membuat
aku haus, ku ambil botol minuman yang terletak di meja kereta. Aku
menawarkan pada Key, gadis cantik yang duduk disebelahku sekarang. Nama
aslinya Keyla Kartika mahasiswi Fakultas Pendidikan semester 3
Universitas Negeri Surabaya, dia asli Surabaya, dan mau mengunjungi
neneknya yang ada di kota Madiun.
Berharap aku bisa mengenalnya lebih dekat bahkan bisa menyelinap masuk di hatinya. Mungkin itu harapan yang terpendam buat ku.
“dari tadi aku sudah menceritakan tentang ku… sekarang aku ingin tahu tentang kamu? Tanya Keyla terhaadapku.
“ahhh … gak ada yang special dariku,, hehee .”
“emang martabak apa, pake spesial segala…” jawabnya sambil tertawa kecil.
Gila gak menyangka ternyata selain cantik ia humoris juga, benar-benar aku dibuat kagum olehnya.
“oke-oke
nama ku Andra Mahardika, aku bekerja di salah satu bank swasta di kota
Surabaya, sekarang aku mau pulang ke kampung halamanku di kota Madiun…
sudah cukup kan perkenalannya,, sekarang waktunya tidur perjalanan kita
masih jauh lo Key,” tegasku
“iya-iya Dra..”
Tak pernah ku
sangka kami berdua cepat sekali akrab, dan tak tau mengapa juga aku
begitu nyaman dekat dengan dia, padahal masih terbilang beberapa jam
saja kami bertemu. Kenapa tangan ini begitu dingin, dan kenapa selalu
ada perasaan kagum saat melihatnya. Apalagi saat ia tidur sekarang ini
kepolosan terpancar di wajah manisnya. Sungguh cantik dirimu Key,
kecantikanmu itu mampu membuat mengalami getaran cinta yang tak dapat
terhitung dengan skala Richter. Huhh… aku hanya bisa menghela nafas.
Desiran
angin yang masuk lewat jendela kaca, suara gemuruh dari pohon-pohon
yang terlewati kereta dengan kecapatan maksimum, seakan menandakan malam
semakin mencekam. Tiada lagi suara asongan dan gurauan penumpang dengan
penumpang lainya hanya suara angin seram di luar sana. Cahaya mata
mulai terasa redup, seakan sudah tak ada daya untuk melihat lagi, terasa
penat dan lelah, rusukku terasa rapuh ingin segera rebahan di atas
tumpukan kapuk yang nyaman.
Lama sekali tak sampai-sampai,
gerutuku sendiri. Bangku penumpang di depanku kosong karena orangnnya
sudah turun di stasiun Mojokerto. Aku pindah duduk di depan bangku ku,
agar Keyla dapat rebahan dengan tempat yang agak luas. Dari tempat
dudukku sekarang semakin jelas olehku melihat wajah yang menawan ini,
bertambah tenang saja hatiku.
Hatiku semakin tak karuan semakin
lama aku melihatnya semakin tak diragukan lagi kalau aku suka sama dia.
Aduhhh … mikir apa sih aku ini mana mungkin aku bisa menyimpulkan kalo
aku suka sedangkan aku belum kenal jauh.. dasar Andra,,, lagian dia
beluum tentu suka sama kamu… tapi memang aku sadari dia telah membuat
aku jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Tuuuttt…. Bunyi kereta yang membuyarkan lamunanku, Keyla pun terbangun.
“sudah sampai mana Dra?
“bentar lagi sampai Key, siapin dulu barang-barang kamu…”
Tak
lama kemudian kereta berhenti di stasiun besar Madiun ini adalah
pemberhentian terakhir untuk kereta jurusan Surabaya-Madiun. Aku
mengantarkan Keyla mencari becak yang akan mengantarkannya ke alamat
yang dituju. Sebelum ia pergi kami bertukar nomor Handphone. Dengan
berat hati aku mengucapkan selamat tinggal padanya.
Pertemuan
singkat ku dengannya menyimpan sejuta kenangan yang mungkin sulit untuk
aku lupakan. Disepanjang perjalananku menuju rumah wajahnya selalu
terbayang di benakku, kenapa aku ini,sudah gila kah aku,, ohh TUhan
bantu aku. Jeritku dalam hati. Sesampainya dirumah aku langsung mencium
tangan ibu ku yang saat itu kelihatan kurang sehat, wanita tua itu
semakin kurus saja, aku memandangnya dengan rasa iba, dan sayang sama
beliau.
Harta yang paling berharga didunia ini, dialah mentari
hidupku, pejuang yang tanggung tak kenal lelah dan perhitungan. Tak
terhitung betapa besar pengorbanannya.
Malam harinya ada SMS masuk di Handphone ku, tertulis nama Keyla
“malam Dra… terima kasih ya sudah menolong aku kemarin.”
“iyaa,,, santai aja lagi Key..”
“besok
jalan-jalan yukk Dra, aku ingin keliling kota ini tapi gak punya teman,
yang aku kenal Cuma kamu aja,,, mau yaa nemenin aku…”
Semakin gerogi aja aku, ada wanita cantik yang mengajakku jalan, untuk pertama kalinya aku jalan sama cewek.
“oke, besok aku jemput di rumah nenek kamu yaa,, jam 8 pagi…”
Keesok
harinya dengan semangat aku menjemput dia di rumah neneknya, dengan
senyumnya yang manis ia menyambut kedatanganku. Sungguh pemandangan yang
indah dia begitu ceria dan sangat-sangat polos. Penampilannya simple
tidak banyak gaya seperti anak-anak jaman sekarang.
Setelah
berpamitan dengan neneknya kami berdua pun pergi dengan menaiki Yamaha
Vixion milikku aku ajak di ke alun-alun kota Madiun. Dia kelihatan
senang sekali aku ajak kesini, suasana ramai terlihat disini, banyak
orang yang bermain-main dengan keluarga, berkumpul dengan teman-teman,
atau sekedar mencari makan, kebetulan ini hari minggu. Aneka makanan
Khas Madiun dapat ditemui disini, salah satunya nasi pecel.
Keyla
memintaku untuk mengambil gambarnya sekedar dijadikan kenang-kenangan.
Tak disangka dia meminta salah satu pengunjung untuk memfoto kami
berdua, dengan agak grogi aku menuruti keinginannya, dalam hati aku
sebenarnya juga senang sihh… biarpun aku gak tau dia tertarik pada ku
atau tidak yang penting aku mulai menyayanginya. Sayangnya kami kenal
belum cukup lama jadi aku belum berani untuk menyatakan cintaku.
Senyumnya terpancar saat ia ada anak kecil yang menari di depan kami, dia mencubit pipi gadis mungil itu.
“eehhhmmm… kamu manis sekali sayang...” Ucapnya pada gadis mungil itu.
“Key… pindah yuk, aku tunjukin kamu tempat yang indah lagi,,, mau gak? Ajakku sambil bergurau
“Kemana Dra.. disini juga asikk kok”
“ayooo… ikut ajalah, pasti kamu bakalan kagum deh” Pinta ku sambil meyakinkannya.
“oke dehh…capcuzz..”
Dengan
mengendarai roda dua bermesinku kami meluncur menuju tempat yang
menurutku indah. Setengah jam perjalanan dari alun-alun kami sampai di
tempat yang begitu menajubkan biasanya anak-anak Madiun menyebutnya
Bukit Bintang, daerah perbukitan di kawasan Gunung Willis. Kekuasaan
Tuhan memang paling indah.
“wooowww,,,, indah sekali Dra, sumpah baru kali ini aku melihat tempat yang paling indah seperti ini”
“hehe,
iya Key ini adalah tempat terindah yang tak bisa ditemui di tempat
lain, ketika aku masih sekolah dulu sering banget ke tempat ini, sekedar
melihat gemerlapan lampu-lampu di lereng-lereng bukit, disini begitu
telihat jelas Key, tak perlu menunggu langit cerah untuk melihat bintang
bersinar, kesejukan di tempat ini mendamaikan hati, menyendiri dan
merefres pikiran, ingin sekali rasanya aku selamanya disini, penuh
kedamaian dan keindahan… Ehh,, sory jadi curhat sama kamu nihh…”
“ahh,,
gak masalah Dra curhat aja lagi kalau kamu ada masalah, atau kamu
sedang butuh teman hubungi saja aku,,, sebisa mugkin aku akan selalu ada
buat kamu Dra, kita kan sahabat, masa sesama sahabat gak saling bantu
sihh…”
“Ya sudah ayo pulang nanti kamu dicariin nenek”
Aku
mengajaknya pulang karna memang hari beranjak larut, di sepanjang
perjalan hanya suasana sepi yang kami temui, suara saut-sautan jangkrik
yang terdengar. Karena memang daerah tempat tinggalku masih berupa
pedesaan, jauh dari keramaian kota hanya sedikit kendaraan yang
melintasi jalan-jalan di pedesaanku.
Sesampainya di depan
rumahnya Keyla, aku berpamitan untuk segera pulang tak enak kalau
dilihat penduduk sekitar, saat aku mau pulang Keyla.
“Dra,jangan pergi dulu..!
“Ada apa Key?
“Aku
cuma mau ngasih tau kamu, kalo besok pagi aku mau balik ke Surabaya,
terima kasih ya sudah menyisihkan sedikit waktu untuk menghiburku, aku
tak tau kenapa kamu begitu baik padaku, aku merasa nyaman saat dengan
kamu Dra,mungkin ini karena kamu teman terbaikku Dra… ya sudah pulang
sana, thanks yaaa…”
Terdiam sejenak diriku mendengar
kata-katanya, sungguh dia wanita yang baik hati, tapi sayangnya dia
hanya menganggapku teman, padahal aku berharap bisa jadi bagian di
hatinya. Tak apalah yang penting aku bisa melihat ia tersenyum saat
bersamaku, biarpun hanya terjalin hubungan pertemanan aku sangat-sangat
bersyukur dapat mengenalnnya, dan bisa menyayanginya setulu hatiku.
Cinta
memang sebuah ilusi, cinta bisa datang kapanpun,dimanapun dan untuk
siapapun. Begitu pula cintaku telah berlabuh padanya, tapi cintaku tak
berpengharapan, hanya sekedar mengasihi tanpa dikasihi. Inilah cintaku
tak lebih dari ilustrasi semata.
Keesok harinya aku ingin sekali
mengantarnya ke Stasiun, aku menghampiri Keyla di rumah neneknya. Tetapi
saat aku tiba disana terlihat mobil ambulan yang parkir di pekarangan
rumah Nek Piah. Karumunan orang-orang menghalangi pandanganku untuk
mengetahui siapa yang sakit, sampai-sampai mobil ambulan menjemputya.
Jangan-jangan Nek Piah sakit lagi kerena beberapa waktu lalu dia sempat
dirawat inap dirumah sakit, itulah yang aku tangkap dari cerita Keyla
kemarin.
Akupun mendekati kerumunan itu, sosok tubuh mungil
dibopong oleh dua orang perawat rumah sakit menggunakan tempat tidur
beroda. Matanya terlihat sayup, wajahnya putih pucat, dengan lekungan
cokelat di sekitar matanya, terlihat tak berdaya, tebaring lemah, dia
membungkamkan bibirnya menahan rasa sakit yang begitu amat sangat.
Keyla… apa yang terjadi pada gadisku?
Ambulan berangkat membawa
Keyla menuju rumah sakit dengan ditemani Nek Piah. Aku membuntutinya
dari belakang dalam hati tersimpan banyak pertanyaan. Dia dibawa ke
ruang IGD, aku menunggunya di luar bersama nenek dan kedua orang tuanya.
“Sudah
lama ia mengidap penyakit leukemia, sejak kecil dia memang
sakit-sakitan, kami sekeluarga bersukur karena Keyla bisa bertahan hidup
dari penyakitnya itu sampai sekarang, ia tak pernah sedikitpun
mengeluh, dia tetap terlihat tegar menghadapi penyakitnya. Dia memang
gadis yang ceria, gadis yang kuat bahkan dia jarang menangis. Kami
sekeluarga tak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyembuhkan
penyakitnya, bahkan Keyla tidak mau saat kami ingin membawanya ke luar
negeri untuk berobat. Katanya malah buang-buang biaya saja. Saat liburan
ia ingin sekali mengunjungi neneknya. Dengan berat hati kami
mengizinkannya pergi seorang diri, dia juga ingin merasakan naik kereta
api. Satiap saat ia telpon dan menceritakan pengalamannya selama disini,
dan juga tentang kamu nak Andra, dia merasa bahagia saat bersama kamu,
saya turut bahagia mendengar ceritanya dan tak terbayangkan jika dia
cerita dihadapan saya, terima kasih nak Andra.”
Cerita orang tua
Keyla membuatku ingin meneteskan butiran mutiara bening. Tapi aku harus
kuat jangan sampai Keyla mengetahui kesedihanku.
Sudah tiga hari
Keyla tak sadarkan diri, dia terbaring lemah di tempat tidur rumah
sakit. Aku menunggu kabarnya dirumah, karena memang aku tak bisa
menungguinya setiap hari. Malam ini begitu sepi, selayaknya rembulan
yang ada di atas sana tanpa ditemani sinaran bintang, tak lengkap
rasanya.
Kusadari terasa hampa tanpa tawanya, dengan gitar
kesayanganku ku menuangkan kesedihanku lewat lagunya Sammy Simorangkir.
Engkau masih yang terindah, tinggal di dalam hatiku… belum selesai ku
bersyair Handphoneku berbunyi, “hallo Andra,, ini ibunya Keyla, dia
sudar sadar dan menanyakan kamu, kalau ada waktu tolong datang kerumah
sakit”
Tanpa berpikir panjang aku langsung meluncur ke rumah
sakit di ruang Delima Keyla dirawat inap, aku melihat dirinya begitu
lemah tak berdaya, terlihat senyum berat saat aku datang. Sekuat mungkin
aku menahan tangis, berusaha tetap ceria di depan dia.
“hai.. apa gimana keadaanmu?
“baik… kamu sendiri gimana?
“aku juga baik Keyla…”
“Mah… Keyla pengen ngobrol berdua sama Andra” ucapnya lirih ke mamanya
“iyaa.. sayang mama keluar yaa..”
Aku tak tahu apa yang akan dikatakan Keyla, nafasnya begitu berat, matanya sayup, wajahnya pucat.
“Andra… kamu baik banget, kenapa kamu mau menemaniku selama beberapa hari ini”
“udah ah.. diem aja kamu, istirahat aja jangan banyak ngomong yaaa..”
“aku serius Dra…”
“iya dehh… terus apa yang kamu ingin tahu dari ku Keyla?
“aku
ingin tahu semuanya apa yang kamu rasain ke aku, karena jujur aku
merasa nyaman dengan kamu Dra, aku merasa bahagia, Dra… aku sangat ingin
bersama kamu, melewati hari-hariku bersama kamu, menjalani sisa hidupku
dengan kamu, meski kita belum lama kenal tapi aku yakin sama kamu
Dra,kamu adalah orang yang bisa membuatku bahagia kamu mampu membuat
akhir hidupku lebih berkesan indah, tapi aku begitu lemah, aku tak
memberanikan diriku untuk lebih menyayangi kamu dan nantinya akan
menyakiti kamu, aku tak berdaya untuk mencintai kamu. Hidupku sudah
sudah menemui ajalnya,”
“huss,,, diem deh ngomong apa sih kamu
Key. Keyla cinta itu tulus datangnya dari hati, aku menyayangi kamu
sepenuh hatiku, aku gak peduli siapa kamu, kayak apapun keadaan kamu aku
akan tetap sayang sama kamu, selama aku mengenal kamu, kamulah pelita
hidupku Key, cinta gak hanya ketertarikan semata tapi cinta benar-benar
melekat erat dalam jiwa. Key aku mencintaimu, sekalipun kamu tak
mencintaiku aku akan tetap cinta sama kamu, kerena cintaku tak bersyarat
pada kamu Key meskipun aku belum lama kenal sama kamu, bahkan bisa
dibilang masih singkat waktu kita bertemu dan bersama tapi aku merasa
sudah lama mengenalmu bahkan aku tak canggung saat bersama kamu, aku
sangat bahagia bersama kamu, dan aku ingin selalu buat kamu bahagia.”
“aku
gak bisa bertahan lebih lama lagi Dra, hanya rasa sakit yang aku
rasakan sekarang, aku gak tahu berapa detik lagi aku dapat bertahan,
andai saja aku punya sejuta nyawa untuk melawan rasa sakit ini, akan ku
perjuangkan untuk kamu, maafkan aku Dra, aku tidak bisa membalas rasa
sayang kamu meski aku begitu merasakannya juga. Dra maukah kamu berjanji
padaku, berjanjilah kamu tidak akan pernah meneteskan air mata, aku
mohon Dra, mungkin ini permintaan terakhirku.”
Aku semakin terpukul melihatnya terbaring lemah, Tuhan… jangan siksa dia dengan penyakit itu, betapa menderitanya dia.
“Andra… kamu jangan pergi yaa, aku mau tidur sebentar.” Ucapnya lirih dengan mata yang semakin sayup.
“iyaa… aku akan disini menemani kamu.”
***
Dalam
senja yang sejuk segrombolan orang mengelilingi gundukan tanah merah
dengan taburan bunga-bunga yang semerbak harumnya, sederetan doa di
panjatkan untuk orang tersayang. Di pekarangan yang luas ini banyak
orang yang istirahat selamanya menjalani hidupnya di dunia.
Tak
akan di temui gemerlapan lampu duniawi, kehidupan surgawilah yang
menjadi tujuan mereka sekarang. Matahari telah hampir terbenam dibalik
gunung. Bernyala-nyala rupa mega diwarnai. Di lembah-lembah dan di
lereng telah turun kekaburan senja, tetapi puncak-puncak yang mejulang
kelangit merah membara turut menyanyikan laguan warna.
Di seluruh
tanah yang hijau di kaki pegunungan ini, sunyi senyap seolah-olah ia
tiada hendak mengusik ketentraman orang beristirahat dengan tenang
disitu. Hanya kicauan burung emprit yang mengiringi kesunyian di rumah
akhir manusia itu.
Kesedihan yang ku rasakan selama seminggu
terakhir ini tak dapat melepaskan bayangan Keyla di mata ini. Setiap
kali ku panjatkan doa di atas gundukan tanah merah ini perih mata ini
menahan paksaan air mata yang memberontak keluar. Aku tidak boleh
meneteskannya di hadapan Keyla, karena aku sudah berjanji padanya saat
ia terbaring di rumah sakit.
Keyla akan ku bawa kenangan
bersamamu di setiap langkahku. Bersama denganmu ku akan belajar lebih
tegar menghadapi hidup ini. Senyummu tak akan pernah aku lupakan, kerena
bagiku dirimu hanya satu di hatiku. Aku akan melewati hariku dengan
penuh keceriaan tanpa tangis dan keluhan seperti saat kamu menghadapi
keganasan penyakit itu.
Selamat tinggal Keyla… semoga kamu senantiasa bahagia dan tersenyumlah disisi-Nya.
Akukan selalu mendoakan dirimu disini, dan senantiasa menepati janjiku kepadamu.
Diseluruh
tanah pegunungan itu malam telah mulai menyiratkan gelapnya. Mega hanya
tinggal keabu-abuan dan disana-sini masih tampak kekabur-kaburan warna
ungu lembayun, laksana jejak cahaya matahari yang telah turun dibalik
gunung perkasa yang biru hitam rupanya. Dilangit bertambah banyak
kelihatan bintang kemilau mengerlip memandang dunia.
Ku menatap duniaku di depan mata
Dengan senyuman dan kenangan..
Dunia kita tepisah jauh..
Tak ada lagi canda tawamu..
Harapan pupus terbawa hembusan angin..
Senyuman indah itu gugur bersama dengan daun-daun di musim kemarau..
Tak ada lagi pelita hidup yang ku idamkan..
Sang pujaan telah berpulang kehadapan Ilahi..
Suatu saat nanti ku akan menemani mu disisi-Nya..
Untuk menyelesaikan cerita cinta yang tertunda…
Air mata dibalik senyuman…
SUMBER : http://eposlima.blogspot.co.id/2015/02/cerpen-cinta-air-mata-di-balik-senyuman.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar