Rabu, 09 September 2015

CERPEN AYAH

PENYESALAN
Cerpen Karya Sonia Wulandari

Setiap anak pasti mencintai dan menyayangi ayahnya. Ayah itu sendiri mempunyai tugas untuk mengajarkan kepada anaknya mengenal realita, dan kerasnya dunia. Tapi, hal itu sangat bertolak belakang denganku. Aku sangat membenci ayahku.

Waktu itu aku berumur 6 tahun. Ayah sering mabuk-mabukkan dan sering berjudi. Ia banyak berhutang pada orang lain. Sehingga ibuku yang harus pontang panting membayar hutang ayahku kalau kami tidak membayar nya depkolektor itu tak segan-segan memukul ibu dan aku serta mengacak-ngacak rumahku. Ibu tak pernah pantang menyerah untuk bekerja membayar hutang ayah. Sedangkan ayah kerjanya hanya berjudi dan mabuk-mabukkan. Ia sama sekali tak pernah memikirkanku yang terpaksa putus sekolah karna tak mampu bayar uang sekolah dan ibu yang bekerja keras hingga ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal.

Aku sangat terpukul atas meninggal nya ibu. Sehingga aku menyalahkan ayahku yang sudah membuat ibu sakit serta tak ada perhatian nya sama sekali pada kami. aku sangat membencinya. Bahkan aku berharap ayah cepat meninggal dan tidak menyusahakan ku lagi.
Api kebencianku untuknya belum juga padam hingga umurku 25 tahun. Ayahku sudah mulai renta tak berdaya. Aku tahu ia sudah berubah. Ia sudah tahu agama. Ia juga lebih perhatian padaku. Tapi, menurutku. Itu belum cukup menebus dosanya. Kesalahan terbesar yang membuatku tak mempunyai ibu yang selalu menyayangiku lagi.

Aku tahu perbuatanku ini keterlaluan. Tapi, aku tak perduli orang mau berkata apa tentang sikapku pada ayah. Mereka tak tahu mengapa aku berbuat seperti itu pada ayah!. Kalau mereka tahu, mereka akan berbuat sama sepertiku. Bahkan mereka lebih memilih tak mengakui orang itu dan mengusirnya dar kehiduannya.

Aku dulu sempat berpikir seperti itu. Aku ingin mengusirnya sehingga aku tak perlu lagi melihatnya. Tapi, rasa kasihanku muncul untuk membiarkannya tinggal dirumahku. Itupun hanya tinggal selebihnya tidak!. Aku tak ingin memberinya uang. Ia bekerja sendiri dan menghasilkan uang sendiri. Samapi sekarang pun aku tak tahu ia bekerja apa sehingga mampu menghasilkan uang. Aku tak perduli. Ia boleh berbuat apa saja asal itu tak menggangguku.
“malam sekali kau baru pulang nak!?. Pasti kau capek!. Ini ayah sudah membuat minum untukmu.!”kata ayah meletakkan teh di meja yang aku duduki.
“ayah tak perlu membuatkan minum untukku. Aku bisa membuatnya sendiri!” bentakku lalu pergi meninggalkannya.
Setiap aku meihatnya, ntah kenapa bayang-bayang masa kecilku yang pahit kembali muncul diotakku. Aku membencinya ketika ia lewat didepanku. Aku membencinya ketika ia menyentuhku, berbicara padaku. Semua tentangnya. Aku sangat membencinya.

Hari ini aku baru pulang dari kantor ingin langsung melepas penatku dan langsung tidur. Tapi semua itu terganggu karna ayah meminta tolong padaku untuk membelikannya obat. Dan tentu saja aku menolaknya. Sayang tenagaku terbuang sia-sia hanya untuk membelikannya ntah obat apa?!!.
“beli saja sendiri yah!. Aku capek seharian harus bekerja!”
“tolong nak, uang cash ayah telah haabis, kalau harus ke atm jauh.”
“usaha yah.!. ibu saja tak pernah pantang menyerah bekerja, tapi uangnya tidak dinikmatinya melainkan untung membayar semua utang ayah. Dan itu berlangsung sampai ia meninggal.”
“yasudah, kalo kamu tidak bisa!”katanya lalu pergi meninggalkanku.
Seminggu kemudian dai kejadian itu. Pagi ini aku akn berangkat kerja. Tapi aku tak melihat ayah pagi ini. biasanya ia selalu mondar mandir di depanku. Mungkin ia dikamarnya. Aku langsung pergi kekantor tanpa melihatnya. Aku tak perduli padanya.

Sepulang dari kantor. Aku melihat banyak orang yang berkumpul dirumahku. Ada apa ini? apa ayah membuat masalah?. Secepat mungkin aku berlari menuju rumahku.
“andre, kau dari mana saja?!”kata pak RT menghampiriku ketika aku tiba di halaman rumah.
“ada apa ini pak?”kataku mulai khawatir.
“apa kam tidak melihat bendera kuning itu?!”katanya menunjuk arah bendera.

Bendera kuning? Bukankah itu tanda?! , , oh tuhan ada apa ini?!!.
“yang sabar ya nak!, kini ayahmu telah tenang disisi allah .”

Mendegar itu air mataku tiba2 jatuh. Aku langsung bergegas memasuki rumah. Aku mendengar banyak orang yang membaca yasin dan dapat kulihat ayahku sudah terbaring kaku ditengah kerumunan. Seluruh badannya tertutupi kain putih. Kupegang tubuhnya yang kaku dan dingin. Seumur hidupku baru kali ini aku melihat wajahnya dengan jelas. Hatiku terasa sesak dan diselimuti rasa bersalah. Ini semua salahku. Aku tak pernah tahu apa sakitnya sehingga membuatnya meninggal. Aku mendengar dari tetangga bahwa ia mempunyai usus buntu yang kronis. Ia sangat suka makan mie. Dan aku tahu alasannya, karna akku tak pernah melayaninya, aku tak pernah memasak untuknya padahal selama ini ia selalu mengatur apa yang kumakan ia juga selalu menjaga kesehatanku.

Aku tak ingin memalingkan wajahku darinya. Aku ingin melihatnya untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin melihat wajahnya untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin melihat wajah orang yang aku benci selama ini. dulu aku berharp ia cepat mati tapi sekarang aku berharap ia bangun dan melihatku lalu berkata padanya “aku minta maaf ayah !”. aku sungguh menyesal. Kini aku bukan hanya tak punya ibu. Tapi kini aku juga tak punya ayah lagi!. Aku hidup sendiri di dunia ini.

Sudah 2 minggu ayah meninggal. Tapi aku selalu diselimuti rasa bersalah. Aku selalu berada dikamarnya. Disini masih terasa aroma khas tubuhnya diselimut, baju dan semua barang miliknya. Aku melihat sepucuk surat dalam dokumen2 milik ayah. Dan betapa terkejutnya aku melihat isi dokumen itu. Beberapa surat tanah. Dan sertifikat rumah di kawasan kelapa gading. Ia juga mempunyai yayasan panti sosial. Tapi semua ini mengapa atas nama ku ? aku benar2 tak tau menau soal harta ini. apa ayah, , ,? Ya ampun, selama ini ayah bekerja dan berhasil mengumpulkan ini semua.

Lalu aku membaca sepucuk surat yang ayah tinggalkan. Air mataku bertambah deras membaca kata demi kata surat terakhir ayah. Curahan hatinya yang tertuju padaku. Tidak ada rasa kecewa sedikitpun darinya untukku. Padahal selama ini aku memperlakukannya tidak pantas. Tapi semua sudah tak ada gunanya. Penyesalan memang datang terlambat. Bila ku merasa bersalah padanya. Aku harus berdoa untuknya agar ia tenang dialam sana. Hal terakhir yang ingin kuucapkan hanyalah “maafkan anakmu ini, aku tahu semua ini tak cukup untuk menebus kesalahanku, aku akan selalu mendoakanmu dari sini”.

surat !!

Teruntuk jagoan ayah, Andre.
Jagoan ayah yanh paling ayah sayangi, maafkan ayah harus meninggalkanmu terlebih dahulu dan tidak dapat melayanimu lagi, mulai sekarang kamu harus bisa jaga kesehatan mu sendiri yaa?  jangan sampai sakit.

Maafkan ayah karna dulu telah melantarkan kalian berdua, ayah dulu sangat prustasi akibat perusahaan kita yang bangkrut. Ayah juga sangat terpukul telah kehilangan tulang rusuk ayah yaitu, ibumu tercinta. Ayah tahu kamu menyalahkan ayah karna sudah sepantas nya kamu seperti itu. Bahkan ayah bersyukur kamu mengizinkan ayah tinggal dan hidup bersamamu.

Ayah sangat mengerti perasaan kehilangan karna diusia seperti itu, kamu sudah tak mempunyai ibu yang memberiku kasih sayang yang tulus. Terlebih lagi ibumu meninggal karna sakit-sakitan akibat kelelahan bekerja membayar hutang yang ayah sebabkan dulu.

Ayah mengerti jika kamu tak memaafkan ayah, tak mau melihat ayah, dan tak mau ayah menyentuhmu, mungkin kamu tak mau tangan ayah yang telah membunuh ibumu menyentuh tubuhmu. Tapi, ayah memohon padamu. maafkan ayah andre.

Nak. Ayah sudah berubah demi kamu. Ayah sudah belajar tentang agama dan bertanggung jawab atas semua tindakan ayah dulu. Tapi, apakah ayah masih memiliki kesempatan itu? Maukah kamu memberi kesempatan itu? Mungkin, kamu butuh waktu ubtuk menjawabnya, ayah mengerti.
Ayah sudah bekerja nak, dan meninggalkan sedikit demi sedikit uang untukmu menikah dan membina rumah tangga kelak. Ayah tak mau kamu merasakan kesusahan seperti dulu lagi nak. Gunakan uang itu dengan sebaik-baiknya. 

Kalau kamu menjadi suami dan seorang ayah. Ayah minta kamu tak jadi seperti ayah. Kalau hal itu terjadi, ayah tak akan memaafkan diri ayah sendiri. Jadilah seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab serta penuh kasih dan cinta. Serta carilah seorang istri yang berhati mulia seperti ibumu yang selalu ada disaat suka maupun duka.
Hanya itu yang ayah pesan sama kamu dan ucapan maaf ayah padamu.

Waktu kamu membaca surat itu. Ayah mungkin tak ada lagi disampingmu melainkan ayah ada diatas sana selalu mengawasimu serta berada dihatimu. Sekali lagi ayah minta maaf atas semua kesalahan ayah yang sangat fatal.
Please, I can just say to you “sorry” for may false

Dari ayah yang hina ini.

-The End-



 Sumber : http://www.cerpencinta.net/2015/03/penyesalan-cerpen-karya-sonia-wulandari.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar