Rabu, 09 September 2015

CERPEN IBU

KADO UNTUK IBUNDA
Cerpen Karya Nur Zahra Priharyati

Pagi yang cerah, terlihat anak-anak yang mulai berduyung-duyung menuju kelas masing-masing. Terlihat seorang gadis kecil yang manis lengkap dengan seragam sekolah dan tasnya menuju sebuah ruangan.
“Assalamualaikum...” sapa gadis itu ramah sembari memasuki kelas.
“Waalaikumsalam...” jawab semua murid yang berada diruangan itu sembari penasaran, terbelalak takjub dan penasaran.
“ha! Ada bidadari kesasar ya??!” celetuk salah satu murid.
“ih lebay amat lu.. biasa aja kali!..” yang lain menimpali.
“Masuklah...!” perintah seorang guru yang sedari tadi berada di ruangan itu.
“Anak-anak ini teman baru kalian dikelas ini..” Guru itu menjelaskan.
“Dinar.. perkenalkan dirimu pada teman-teman baru mu” tambah Guru itu.

Gadis itu menghampiri Pak guru dan menghadap teman-temannya memperkenalkan diri.
“Teman-teman, perkenalkan namaku Dinar. Pindahan dari SMA Taruna Bandung”
“oo anak Bandung, pantesan cakep kayak kembang.. hahaa!” celetuk seorang murid. Dan membuat kelas menjadi gaduh.

Pak gurupun mempersilahkan dinar untuk duduk. Ternyata Dinar duduk disebelah Dewi.
“Namaku Dewi..” Dewi memperkenalkan diri dengan ramah.

Dinar hanya tersenyum. Tanpa menjabat tangan Dewi sebagai tanda perkenalan. Waktu istirahat tiba, semua murid berhamburan keluar untuk istirahat. Beberapa murid datang menghampiri Dinar sekedar ngobrol dan berkenalan.
“Hai Dinar.. namaku Eva..” sapa salah satu murid dengan ramah. Namun lagi-lagi Dinar hanya tersenyum. Agak sedikit angkuh. Dinar berlalu begitu saja meninggalkan teman-teman yang ingin berkenalan dengannya.
“Apa-apaan sih anak baru itu! Kok angkuh banget..” kata Eva
“Anak bos kali jadi belagu!..” celetuk Dewi
“iya kali liat aja dari gayanya.. keliatannya sih oke, tapi belagu!” kata Dian
“kerjain aja yuk? Anak baru belagu gitu ga bisa dibiarin..!” tambah Selvi
“Gimana caranya..?!” sahut Eva
Selvi membisikan rencana untuk mengerjai Dinar, namun tiba-tiba bel masuk berbunyi. Semua murid memasuki kelas.

Pagi itu suasana sangat lenggang. Murid-murid belum memasuki kelasnya. Sebagian mengerjakan tugas pagi sebagian lagi ada piket. Namun tiba-tiba..
“DubraaakkkK!!...” suara kursi roboh
“Auuu.. sialan!! siapa nih yang ngusilin aku...?!” tiba-tiba Andre berteriak

Disudut lain ada empat gadis termangu. Kaget dan menyesal karena mereka salah sasaran. Namun tiba-tiba
“Andre... Andree..” Dinar datang menghampiri sambil bertepuk tangan. Tak lupa senyum kecutnya membuntuti
“pengen tau siapa..?! liat tuh biang keroknya..” jari lentik Dinar menunjuk ke arah persembunyian Eva, Desi, Selvi dan Dian.
“Dan perlu kalian tau ya!!.. IQ kalian itu masih jauh dibawah gue. Jadi gausah repot mau ngerjain gue segala.. hemh!! Stupid..” tambah Dinar dengan wajah sinisnya.
Dinar berlalu dari tempat itu.
Akhirnya terjadilah perselisihan antara Andre, Dinar, dan ke-empat orang temannya itu. Ketegangan itu berlangsung lama hingga ujianpun datang. Semua berlomba untuk menjadi nomor satu. Tapi memang harus diakui, Dinar memang nomor satu dan menjadi siswa terbaik di sekolah itu.
Dinar meneteskan air mata dan bergegas pulang saat mngetahui dirinyalah yang lulus dan menjadi nomor satu disekolahnya. Teman-temannya penasaran, bagaimana anak seangkuh dinar bisa menangis karena hal itu. Akhirnya Eva, Desi, Selvi dan Dian berinisiatif untuk mengikuti Dinar yang selama ini terlihat angkuh, sombong, pintar dan misterius itu.

Tak lama kemudian sampailah Dinar pada sebuah perkampungan. Asri namun terisolir.
“Lihat..!” Eva menunjuk pada sesuatu
“kok Dinar masuk gubug itu..?!!”

Ke-empat gadis itu tertegun heran. Dan pelan-pelan mendekati gubug itu. Terdengar suara terisak-isak dari dalam.
“Bunda.. lihat Bunda.. apa yang Dinar bawa untuk Bunda.. Dinar lulus dengan nilai terbaik Bunda.. Bundaa..!?” isak Dinar

Lalu Dinar membangunkan Ibunya yang terlihat sedang sakit parah.
“Di..na..r... Di..naar..” suara Ibu pelan nyaris tak terdengar.
“Bunda.. inikah yang Bunda inginkan dari Dinar..?! lihat bunda..” Dinar mulai menangis tak mampu menahan sedih melihat kondisi Ibunya yang memburuk. Tak lama kemudian Ibunya tersenyum.. memeluk buku rapor Dinar. Dan...
“Bundaa.. Bundaa...!!? bangun Bundaa.. bangunn..!?” teriak Dinar membangunkan Ibunya yang terpejam. Ternyata Ibunya telah tiada. Dinar menangis sambil memeluk Bundanya.
“Bundaa.. ini kado Dinar untuk Bunda.. mengapa Bunda tinggalkan Dinar..?! maafkan Dinar.. maafkan Dinar yang lebih mementingkan prestasi disekolah Bunda.. maafkan Dinar yang lalai untuk merawat Bunda selama Bunda sakit.. Dinar pikir ini yang Bunda inginkan dari Dinar.. maafkan Dinar bundaa..”
Dinar tersedu-sedu.

Melihat kejadian itu ke-empat temannya yang sedari tadi mengikuti Dinar pun ikut menangis. Mereka merasa kasihan pada Dinar. Mereka menyadari sekalipun mereka bermusuhan tetap saja Dinar adalah teman mereka yang sebenarnya membutuhkan suport dan dukungan dari teman-temannya. Perlahan merekapun mendekati Dinar.
“Maafkan kami Dinar.. Selama ini kami selalu berprasangka buruk padamu”
Ke-lima gadis itu saling berpelukan. Saling memaafkan dan melupakan segala kesalah pahaman yang pernah terjadi.
Dan kado untuk Bunda adalah sebuah maut. Penyesalan....
-THE END-
 
 
Sumber: http://www.cerpencinta.net/2014/07/kado-untuk-ibunda-karya-nur-zahra.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar