Kamis, 10 September 2015

CERPEN KELUARGA

SURAT KECIL UNTUK ADIK
Cerpen Karya Raden Fadli Daulay

Namaku Jessica veranda, orang-orang akrab memanggil ku dengan panggilan Jessica ataupun ve, umurku sekarang di tahun 2013 ini genap berusia 16 tahun, dan sekarang aku duduk di bangku kelas 2 SMA, dan sekolahku terletak di jalan proklamasi no 102 tepatnya di SMA Negeri 45 Jakarta, sekolah ternama yang ada di negeri ini, aku anak kedua dari 2 bersaudara, itu berarti aku hanya memiliki seorang kakak, yaitu yang bernama latifah adawiyah. Aku sangat sayang kakak, begitu pun dengan kakak.

Kami berdua terlahir dengan keadaan yang begitu sempurna, orang-orang bilang sih kami ini anak orang kaya, semua yang kami inginkan bisa kami dapatkan, itu sih pendapat mereka tapi tidak untuk kami berdua, bagi kami kaya itu hanyalah terletak pada harta, ya orangtua kamilah yang memilikinya bukan kami.

Kaya yang kami inginkan hanyalah berbentuk kebahagiaan, kasih sayang, itu saja sudah cukup, tapi sampai sekarang kami jarang mendapati itu semua, papa dan mama jarang pulang ke rumah, mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka dibandingkan kami berdua sebagai anaknya, papa dan mama sering kali ke luar negeri untuk urusan pekerjaan mereka, mereka pernah bilang ke aku ini semua kan demi kalian juga ve, ahh, biarlah, sudahlah, kamus lama, but mom and father, I Really Miss You… :’)..
“Ve cepat turun kesini, sarapan dulu liat itu udah jam berapa nanti kamu telat lagi loh,” teriak kakak dari bawah.
“iya-iya kak, ini juga udah siap kok” balasku

Beginilah kehidupan kami sehari-hari, kakak lah yang mengurusiku dikala papa dan mama tidak dirumah, dia yang masak, dia yang bangunin aku, dia yang mencuci pakaian ku, pokoknya kakak itu manusia yang luar biasa lah buatku, multi talenta, hehehe, kak I Love You …..

Setibanya dibawah……
“Kak mama dan papa kok belum pulang-pulang juga sih, udah 3 minggu ni loh mereka gak balik ke rumah, aku kangen kak,” tanyaku manja dengan kakak
“iya, kakak tau kok perasaan mu dik, tapi mungkin kan ada pekerjaan yang lebih urgen yang harus diselesaikan papa dan mama disana, makanya mereka belum bisa pulang” jawab kakak menyakinkanku
“owh, gitu ya kak, yaudah dech, aku pergi sekolah dulu ya kak, udah telat ni,”
“oke adik ku sayang, hati-hati di jalan ya”
“assalamua’laikum kak”
“wa’alaikum salam dik ku”

Pukul 07.15 wib, bel sekolah pun berbunyi tanda masuk kelas, untung saja aku sampai sekolah tepat sebelum satu menit bel berbunyi, huhhh, nyaris aku dihukum lagi….
“haiii ve, gimana hari ini udah siap PR matematika …?” teriak sendy memanggil ku dari belakang
“udah donk sen, kita kan anak rajin, hehe” jawab ku dengan nada sedikit sombong.
“ihhh, sok lah kau ve, bisa lah ni aku nengok, aku gak ngerti no 4 tuh lah” melasnya ke aku
“halah, sendy kebiasaan banget dech kamu, selalu aja ada no yang gak ngerti baru minta bantuan ke aku, huu, dasar sendy dut (sendy dangdut)”
“hehehe, kamu kan sahabat terpintar, tercakep, terbaik di dunia ini yang aku punya ve, makanya bantu aku ya friend…” rayunya
“hmmm, mulai ya sen, angkat-angkat aku, oke-oke kali ini aku kasih dech, tapi ingat seperti biasa, jam istirahat ke kantin ya, beli bakso bakar, deal..?” jawabku melakukan negosiasi ke sendy
“oke dech cin, deal, buat ve apa sih yang enggak, gampang itu mah ve,hehehe”
“nah gitu baru sendy, yuk masuk kelas, bapak tuh udah datang…”
“yuk”

Tak terasa pelajaran hari ini selesai begitu cepat dari pada hari biasanya, pasalnya guru-guru melaksanakan rapat bulanan di kantor, dan PR matematika tadinya yang ku janjikan ke sendy terpaksa di cancel, dia bilang nanti aja dirumah ku (ve) datang untuk mengerjakannya, dasar sendy, banyak kali maunya, tapi biarlah, dia memang sahabat baik ku semenjak kami duduk dibangku SD, aku dan sendy sudah begitu akrab, papa sendy juga teman bisnis papa ku, tapi mama sendy hanyalah dosen di salah satu perguruan tinggi di jakarta, maka tak heran kalau sendy dan aku sudah begitu akrab sampai sekarang.

Sesampainya dirumah….
“assalamua’laikum, kak ifah, aku pulang”
“wa’alaikum salam, dik ku, masuk” jawab kakak
“wah, wangi apa ini kak, kakak masak apa..?” tanyaku penasaran sesambil menyodorkan hidung ku mencari sumber wangi yang ada,…
“ini kakak lagi masak makanan kesukaan mu, ayam rendang dan cumi bakar ve”
“wahh, kakak tau aja dech seleraku, makasih ya kak” senyumku singkat ke kakak
“iya donk, kakak kan tau semua apa yang kamu suka ve, yaudah sana, ganti bajumu, habis tuh jangan lupa sholat zuhur dulu, baru nanti kita makan ya dik ku”
“oke dech kakak ku yang cantik, beres itu” hehehe.

Aku beruntung punya kak ifah yang sangat peduli dengan ku, aku pengen sekali di suatu hari kelak membuat bahagia kakak, setidaknya ada hal yang berguna yang dapat ku lakukan di penghujung hari kakak nantinya, aku tidak mau di tinggal kakak, aku takut kesepian dengan tidak kehadiran kakak di hari nanti, hanya doa yang bisa selalu ku haturkan ke pada Sang Khalik di setiap sujud ku, mudah-mudahan kakak selalu diberi kesehatan oleh Nya.

Ya kakak memang sedang berjuang melawan penyakit yang dia rasakan di tubuhnya, penyakit yang sudah tidak bisa lagi disembuhkan kecuali hanya mukjizat lah kakak bisa sembuh, setahun yang silam kakak di vonis oleh dokter mengidap penyakit kanker otak stadium lanjut , tapi Kuasa Tuhan memang begitu takjub, kakak mampu bertahan sejauh ini, pasalnya dokter bilang kalau sudah terkena penyakit ini, biasanya orangnya tidak lama setahun sudah finish (mati), dan yang itu juga menyebabkan kakak sudah tak secantik setahun yang silam, meskipun begitu kakak selalu saja tak pernah bosan melihatkan wajah yang memang tidak seperti orang sakit biasanya.

Dia selalu tersenyum di hadapan ku, papa dan mama tiap minggunya pun mengirim obat dari luar negeri untuk kakak yang berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit yang di derita kakak, pekerjaan papa dan mama yang menuntut mereka lebih ke luar negeri membuat aku kesal dengan keadaan yang sekarang kami alami, kenapa harus terjadi hanya kepada kakak, di tambah lagi orangtua kami yang tidak terlalu peduli dengan kami, aku terkadang nyaris tidak bisa menerima keadaan yang diberikan Nya kepada kami, tapi aku mencoba menghapus pandangan itu semua, aku yakin pada rencana yang tersusun rapi ini apa yang telah Dia buat, pasti ada kesimpulan yang baik yang dapat aku dan kakak rasakan kelak di hari nanti, semoga saja…..

Pernah sih kakak diajak mama dan papa untuk berobat di luar negeri di salah satu rumah sakit ternama yang berada di sana, tapi dengan lembut kakak menolaknya, kira-kira seperti inilah yang dikatakan kakak, untuk apa lagi lah aku diobati ma, pa, toh nantinya pun aku akan dijemput oleh Nya, dari pada habis duit sia-sia, bagus di simpan saja, buat biaya kuliah ve nanti,. Mama dan papa sudah bersikeras mengajak kak ifah, tapi respon kak ifah selalu saja menolaknya, dengan alasan yang sama.

Aku jadi sedih melihat kondisi ini semua, hanya air mata yang bisa ku keluarkan tanpa ada solusi yang bisa ku buat demi kesembuhan kakak, Ya Rabb, semoga Engkau memberi jalan keluar demi kesembuhan kakak, aku ikhlas bila Engkau mengambil Nya dari ku, sudah cukup berat cobaan yang Engkau berikan padanya, ku mohon pada Mu, akhirilah penderitaan kakak dengan senyuman nya yang indah di suatu hari kelak Ya Rabb, .
“Ya Allah Ve, ayuk buruan dimakan nasinya, nanti keburu dingin itu, malah melamun pulak lah ni anak” teriak kakak disamping ku memecahkan keheningan yang ada.
“ i i iya kak, maaf tadi aku melamun” jawabku terbata-bata”
“emang nya kamu ngelamunin apaan dik ku..?” tanya kakak dengan penasaran
“enggak ada kak, gak penting kok, yaudah yuk kak kita makan” hehehe
“heleh yakin…? Nanti masalah cowok laginya itu” senyum kakak singkat
“isss kakak ini lah, ada-ada aja, udah lah
“kak ayoklah makan, kok malah cerita lebar gini” sebalku
“hehehe iya iya, ayuk lah, maaf ya dik, jangan cemberut gitu lah, nanti hilang tuh joleknya”
“huuu kakak sih”

Selang beberapa menit kemudian….
“tit tit,” terdengar suara klakson mobil dari luar rumah
“siapa ya itu kak, aku jadi penasaran, apa mungkin itu papa dan mama ya,” tanyaku ke kakak
“kurang tau kakak ve, yuk coba kita tengok,” jawab kakak

Aku dan kakak pun cepat-cepat menghabiskan makanan kami, dan langsung melihat keadaan di luar memastikan apa benar itu papa dan mama…
“ve, ifah sehatnya kalian…?” terdengar sayup-sayup suara itu dari depan wajah kami…
“mama,… papa, jahat-jahat, kangen-kangen,..” kesalku sambil menepukkan tangan
“lohh, kok gitu sih ve, ni kan udah pulang mama dan papanya, mama dan papa janji dech gak akan ninggalin kalian lagi”
“tuh ve mama dan janji kok gak akan ninggalin kita, jangan mewek lagi ya, “ senyum kakak ke aku
“janji ya ma, pa !!!”
“iya janji kok ve” senyum papa ke aku
“oya fah, gimana keadaan mu kak, kumat lagi gak sakitnya, apa masih kurang obat yang papa dan mama kirim ke kalian,?” Tanya papa ke kakak
“Alhamdulillah untuk saat ini masih stabil kok pa,” jawab kakak
“hemm, syukurlah fah, besok kita check up aja lagi ya ke rumah sakit, gimana hasilnya, kan tiga minggu yang lalu pas terakhir kita ke rumah sakit, dokter yagami bilang dia mau nunjukkan hasil labnya ke kita, mau kan fah..?”
“iya pa mau ”

Keesokan harinya pun kami sekeluarga berangkat menuju ke rumah sakit, ku lihat wajah kakak yang semakin pucat dan pucat membuat aku syok, obat dan obatlah yang menjadi teman kakak sehari-hari, kondisi kakak terkahir kalinya memang semalam lah yang lagi baiknya, mungkin karena effect obat masih berpihak kepada kakak, badan kakak yang semakin kurus juga membuat ku semakin sedih, walaupun begitu kakak tetap tegar dan tidak melupakan semua kewajibannya kepada Nya sebagai hamba Nya, untung lah papa dan mama datang di saat yang tepat,..

setibanya di rumah sakit, kami langsung menuju ke ruangan dokter yagami bertugas, tak lama kemudian dokter mengajak papa untuk bercerita empat mata tanpa sepengatahuan kakak, aku jadi heran apa yang terjadi sebenarnya, tidak, aku tidak mau hal yang buruk lebih menimpa kakak lebih dalam lagi,.. Ya Tuhan sudah cukup semuanya, sudah sudah, ku mohon pada Mu, tunjukkan rasa kasih Mu kepada kakak, kali ini aja aku mohon pada Mu,..

“Pak, dengan sangat berat hati saya beritahukan ini kepada bapak dan sekeluarga, bahwa ifah sudah memasuki tahap stadium akhir, hasil lab menunjukkan bahwa, tumor yang ada di kepala ifah makin membesar, walaupun ifah bersikeras menutupi itu semua lewat wajahnya, tetap saja tidak bisa di bohongi, saya harap bapak dan sekeluarga bisa bersabar menghadapi ini semua” jelas dokter ke papa

“iya dok, saya tahu, terima kasih atas bantuan dokter selama ini, dokter sudah sejauh ini membantu untuk melawan penyakit ifah, mungkin kehendak Tuhan berbeda, selanjutnya kita lihat saja perkembangan yang akan terjadi pada ifah nanti dok”
“iya pak, semoga ifah dan yang lainnya bisa mendengar ini dengan kenyataan yang lebih ikhlas lagi ya pak” balas dokter

Didalam ruangan yang lain, dimana disitu ada aku, mama dan kak ifah, kakak memberikan senyumannya ke aku, kak ifah bilang,
“ve kalau nanti kakak sudah pergi, jangan tampakkan muka sedihmu ya adikku di depan kakak, kakak bangga kali punya adik sepertimu ve, kakak tidak akan bisa menemanimu setiap saat, kakak tau meskipun itu sulit bagimu ve, tapi kakak yakin ve pasti kuat kok nanti, janji ma kakak ya jangan cengeng dan jangan manja, kalau nanti kakak sudah tidak ada lagi, ya ve”. Senyum kak ifah lebar sambil memukul pundakku.
“tapi kak, jangan bilang kayak gitu, kakak pasti kuat kok, aku yakin, kakak pasti bisa melewati ini semua.

Tiba-tiba badan kakak yang kecil itu pun jatuh dan tersungkur di lantai…..
“ kakaaaaaaaaaaaaaak,”
“ada apa ve..?” Tanya papa
“itu pa kakak pingsan dan mengeluarkan darahh dari hidungnya,” jawab ku sambil menangis

Tanpa pikir panjang dokter yagami pun langsung membawa kak ifah ke ruangan ICU, cairan merah itu pun tak henti-hentinya keluar dari hidung kakak, linangan air mata pun turut membasahi pipi kakak, mungkin kakak sedang menahan betapa sakitnya penyakit yang menggerogoti badan serta kepalanya, papa dan mama juga tak henti-henti memanggil nama kak ifah, aku hanya bisa pasrah dengan keadaan yang ada, hanya bisa menunggu keajabaian akan terjadi kedua kalinya untuk kakak, aku tau rasa sakit itu kak, aku tau apa yang kakak mau sekarang, aku tau kak, aku tau semua itu….

Tak lama dari itu semua, dokter pun memanggil kami, dengan nada yang pelan dan wajah yang bimbang, kata-kata itu pun terucap,…

“dengan berat hati kami sampaikan, bahwa ifah sekarang telah tiada, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkata lain”
“apa dok, tidak, itu tidak mungkin, jangan bilang kalau kak ifah sudah meninggal, kak ifah itu kuat, dia tidak akan meninggalkan ku sendirian di sini” jawabku dengan tangisan yang sejadi-jadinya.

Walaupun sekuat tenaga aku menahan rasa sedih ku dan berusaha agar tetap senyum dihadapan kakak, aku tidak bisa kak, maafkan aku, aku tidak bisa memenuhi kenginan kakak untuk yang terakhir kalinya, papa dan mama pun ikut terlarut dalam suasana haru pilu, mengikhlaskan kepergian kak ifah, ku lihat wajah kakak yang terkahir terlihat senyumannya yang begitu sejuk nandamai, pucat dan dingin ku genggam tangan kakak dengan erat, aku belum bisa menerima keadaan ini semua, tetapi papa menginginkan aku agar tetap stabil untuk tidak menangis tersedu-sedu..

“ikhlaskan kepergian kakak mu ve, kak ifah sudah sudah tentram dialam sana, sayang mu ke kak ifah lebih sayang lagi yang menciptakannya, jadi ya sudah , mari kita bergegas pulang, kita hantar kakak mu ke tempat yang selama ini di inginkannya”
“iya pa, ve tau…

Keesokan harinya semua hal keperluan pemakaman kak ifah pun sudah terlaksana semua, dimulai dari pemandiannya, sampai penguburan kakak juga sudah selesai, kini aku hidup sendirian, tidak ada lagi temanku dirumah, tidak ada lagi yang menemaniku di saat aku gundah gulana, hanya foto kak ifah lah yang menjadi motivasi hidup ku sekarang, foto yang dulunya dijanjikan kak ifah untuk tahun baru nanti, ya kami dulu memang sempat berjanji untuk foto keluarga di studio, tapi waktu berkata lain, Dia lebih menginginkan kakak untuk foto dialam sana.

Tanpa sadar aku terketuk beberapa menit kemudian melihat sepucuk kertas di meja belajar kak ifah, setahu ku tidak pernah ada kertas tertinggal di kamar ini, tanpa basa basi aku pun membuka kertas itu dan membacanya…

Dear ve adikku tersayang….
Kesedihan dan kesulitan itu ibarat noda di baju putih….
Yang pasti akan hilang ketika dicuci….
Bekas airmata juga kan segera hilang….
Pasti ada hari yang cerah, ada kamu yang menyilaukan…
Kegagalan itu tiada yang peduli….
Karena pasti ada hal yang menyenangkan disisimu…
Dan esok pasti akan ada yang menunggu…
Kakak mu ini hanyalah sebagian senyuman dan kesedihan yang ada pada dirimu,….
Dan kakak mu ini hanyalah manusia yang dititipkan untuk membuat hari-harimu berwarna…
Dan tak selamanya semua itu berlaku ve….
Ve, adikku yang kak ifah sayang, kakak harap, kamu menjadi mentari yang bersinar…
Disetiap awan mendung yang ada, yang mampu menyinari orang disekelilingnya…..
Jangan menjadi pelangi yang cerah, tapi warna itu tak tampak cerah melainkan kusam dimata orang disekelilingya…..
Kini waktu itu semakin dekat dengan kakak, tinggal menunggu berapa lama jemputan itu akan datang ke kakak….
Kakak tau ve, itu akan menjadi hal yang sangat berat bagimu, tapi kakak tidak bisa menahannya lagi…
Seyumanmu yang engkau goreskan ke kakak, sudah cukup kuat untuk kakak menahan penyakit ini ve….
Kakak harap kamu pun demikian adanya, kuat apabila kakak tidak bisa lagi bersama mu…
Jangan kecewakan papa dan mama, ingatlah janji yang telah kau ucapkan ke kakak…
Buat mereka bangga, walaupun terkadang ve kesal dengan papa dan mama……
Surat kecil inilah saksi terakhir yang ingin kakak sampaikan padamu, semoga ve bisa membacanya….
Kakak pun akan senang hati mengingat kisah keluarga kita di lain hari…..
Semoga surat ini bisa menjadi baju putih yang berbau mentari, yang selalu cerah apabila ve kenakan dikala sedih dan bahagia…
Dari kak ifah untuk ve tersayang, I Love you adikku, tetaplah tersenyum
-The End-

Sumber: http://www.cerpencinta.net/2014/08/surat-kecil-untuk-adik-karya-raden.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar